Perubahan Nama Bandara Palu Kebanggaan Warga KTI

id bandara, mutiara

Perubahan Nama Bandara Palu Kebanggaan Warga KTI

Bandara Mutiara Palu dalam tahap pembangunan ruang tunggu dan lapangan parkir pesawat yang dijadwalkan beroperasi penuh pertengahan 2014.

Perubahan nama bandara itu juga untuk menghargai jasa serta perjuangan Habib Sayyid Idrus bin Salim Al-jufri dalam menyebarkan Islam di kawasan timur Indonesia.
Palu (antarasulteng.com) - Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Alkhairaat, Lukman Thaher menyatakan bahwa perubahan nama Bandara Mutiara menjadi Mutiara SIS Al-Jufri menjadi kebanggaan masyarakat di kawasan timur Indonesia.

"SIS Aljufri adalah tokoh agama yang dikenal luas masyarakat timur sehingga pergantian nama bandara itu sangat berarti," kata Lukman Thaher di Palu, Minggu malam.

Sebelumnya, Wali Kota Palu, Rusdy Mastura mengumumkan perubahan nama bandara itu setelah Menteri Perhubungan menerbitkan surat keputusan tertanggal 28 Februari 2014.

Di dalam surat keputusan nomor KP 178 tahun 2014 itu tercatat Habib Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri merupakan tokoh pejuang di Provinsi Sulawesi Tengah di bidang pendidikan agama Islam.

Ulama asal Timur Tengah dinilai inspirator terbentuknya sekolah di berbagai jenis dan tingkatan di Sulawesi Tengah yang dinaungi dalam organisasi Alkhairaat.

Perubahan nama bandara itu juga untuk menghargai jasa serta perjuangan Habib Sayyid Idrus bin Salim Al-jufri dalam menyebarkan Islam di kawasan timur Indonesia.

Lukman Thaher mengatakan, perubahan nama bandara di Palu itu sangat berati bagi Alkhairaat dan warga Sulawesi Tengah.

"Ini berarti pemerintah setempat telah mempercayakan kepada pendiri Alkhairaat," kata mantan Rektor Universitas Alkhairaat ini.

Dia juga mengatakan keturunan langsung SIS Aljufri segera berkumpul begitu mendengar kabar adanya perubahan nama bandara dari Mutiara menjadai Mutiara SIS Al-Jufri pada Minggu siang.

"Nanti kita akan gelar acara syukuran atas pergantian nama tersebut agar lebih bermanfaat bagi masyarakat luas," kata Lukman Thaher.

Sebelumnya Wali Kota, Rusdy Mastura mengaku bangga dan bersyukur atas hal itu karena perjuangan perubahan nama bandara tersebut dilakukan sejak tiga tahun silam.

Dia mengatakan, perubahan nama bandara tersebut bukan perjuangan pemerintah kota semata tetapi juga perjuangan rakyat Palu dan Sulawesi Tengah melalui perwakilannya di DPRD setempat.

Rusdy mengatakan nama Mutiara pada nama bandara itu tetap dipertahankan karena bernilai sejarah. Nama Mutiara diberikan oleh Presiden Soekarno saat berkunjung ke Palu 5 Oktober 1957.

Bung Karno saat itu merasa prihatin dengan nama pertama bandara di Palu yang didaratinya, yakni "masovu". Masovu adalah bahasa Kaili yang berarti berdebu. Mengetahui artinya, Bung Karno segera menggantinya menjadi Bandara Mutiara.

Alasannya adalah sewaktu Bung Karno akan mendarat di Palu yang saat itu masih termasuk dalam wilayah Kabupaten Donggala melihat daerah itu berkilauan laksana mutiara.

Sementara Kepala Bandara Mutiara SIS Al-Jufri, Benyamin Apituley mengatakan, pihaknya segera menyesuaikan nomenklatur perubahan nama bandara.

Menurutnya, proses itu akan membutuhkan sekitar enam bulan sambil melakukan sosialisasi di dunia penerbangan nasional dan internasional. (R026)