Komisi IV Sarankan Tenun Donggala Bermotif Maleo

id tenun, batik, donggala

Komisi IV Sarankan Tenun Donggala Bermotif Maleo

Salah satu motif tenun yang ada di Indonesia (ANTARA Sulteng/Basri Marzuki)

Saya ini suka dengan batik termasuk batik tenun. Tetapi saya belum melihat ada motif tenun Donggala bermotifkan Burung Maleo
Palu,  (antarasulteng.com) - Sejumlah anggota Komisi IV DPRD Sulawesi Tengah menyarankan para perancang motif tenun Donggala memasukkan unsur burung khas lokal, seperti Maleo ke dalam motif kain tenun Donggala.

"Saya ini suka dengan batik termasuk batik tenun. Tetapi saya belum melihat ada motif tenun Donggala bermotifkan Burung Maleo," kata anggota Komisi IV Umar Awad Alamri di Palu, Kamis.

Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu, mengaku terilhami tentang motif tersebut, setelah mengunjungi sentra tenun di Solo dalam kunjungan kerja Komisi IV belum lama ini.

Umar mengatakan batik di Solo telah berkembang pesat dengan berbagai motif yang diusungnya.

Ia mengaku cemburu melihat dinamika dunia perbatikan di Jawa Tengah itu, karena hampir semua kompleks terdapat perajin batik.

Bahkan, katanya, pemerintah kota setempat memasukkan batik dalam agenda kegiatan tahunan.

Umar mengaku melihat beberapa batik dari daerah lain telah mengeksplorasi binatang khas lokal ke dalam motif kain sehingga menambah daya tarik produksi kain tersebut.

"Ini sangat khas menambah estetika kain apalagi kalau itu dituangkan ke dalam motif tenun," katanya.

Hal yang sama juga dikemukakan anggota Komisi IV lainnya, Matindas J. Rumambi.

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu, mengatakan Maleo sebagai burung khas Sulawesi Tengah perlu dilukiskan dalam kain tenun sehingga menguatkan ciri lokalitas daerah setempat.

"Khas dari kain tenunnya khas pula dari motif burungnya. Saya yakin ini menggugah orang untuk membeli produksi kita," katanya.

Dia mengatakan Maleo merupakan binatang petelur yang sudah dilindungi karena sudah terdegradasi akibat pemburuan hewan dan semakin jarangnya lokasi perkembangbiakannya.

Untuk melestarikan perkembangbiakan Maleo, pemerintah daerah membuat sentra penangkaran di sejumlah daerah, seperti Tolitoli dan Tojo Unauna.

Matindas mengatakan motif tenun Donggala harus dinamis sehingga ragam dan motifnya juga terus berkembang dari waktu ke waktu, termasuk dengan memasukkan unsur motif binatang khas lokal.

Beberapa referensi terkait tenun Donggala, menyebutkan umumnya motif kain tenun Donggala bersumber dari daun dan bunga serta model kotak-kotak. (skd)