Dua Menteri Kunjungi Smelter Nikel Di Morowali Guna Percepat Pembangunan

id saleh, menteri, morowali

Dua Menteri Kunjungi Smelter Nikel Di Morowali Guna Percepat Pembangunan

Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin (antaranews)

....Apa yang SMI butuhkan, kami upayakan penuhi dan bantu agar cepat selesai dan berproduksi.
Jakarta (antarasulteng.com) - Proyek pembangunan pengolahan dan pemurnian atau smelter nikel tahap kedua di Morowali Sulawesi Tengah terus dipacu Presiden Joko Widodo, yang pada Mei kemarin meresmikannya untuk tahap pertama.

Guna mempercepat tahapan pembangunan smelter, Menteri Perindustrian Saleh Husin mengajak Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) Sudirman Said mengunjungi proyek tersebut. 

"Saya sengaja mengajak Pak Menteri ESDM untuk melihat langsung dan bertemu dengan manajemen PT Sulawesi Mining Investment (SMI). Apa yang SMI butuhkan, kami upayakan penuhi dan bantu agar cepat selesai dan berproduksi," kata Menperin melalui siaran pers di Jakarta, Minggu malam.

Menperin mengatakan, hal tersebut merupakan langkah koordinasi yang konkret dan berorientasi solusi yang efektif.

Smelter ini dimiliki SMI yang merupakan perusahaan patungan antara Bintang Delapan Group dengan perusahaan asal Tiongkok, Tsingshan Group.

Proyek raksasa tersebut menggarap industri hulu hingga hilir, yang berawal dari tambang nikel, lantas dibangun smelter yang memproduksi bahan setengah jadi berupa pig iron dan nantinya bakal memproduksi stainless steel.

"Ini merupakan industri mineral mulai dari bijih nikel atau ore sampai stainless steel pertama di Indonesia. Ke depan akan terus dikembangkan sampai produk akhir," ujar Menperin.

Investasi smelter nikel tahap I sebesar 635,57 juta dollar AS dengan kapasitas produksi 300 ribu ton per tahun dan didukung oleh PLTU dengan kapasitas 2x65 MW.

"Sekarang sudah masuk ke pembangunan smelter tahap II yang diharapkan selesai Desember tahun ini," ujar Menperin.

Untuk tahap II, kapasitas produksinya mencapai 600 ribu ton, nilai investasinya sebesar USD 1,04 milyar dan didukung PLTU sebesar 2x150 MW.

Selanjutnya, pembangunan pabrik tahap ke-3 ditargetkan memiliki kapasitas 300.000 ton dan dukungan PLTU sebesar 300 MW, yang rencananya selesai pada akhir 2017 dengan nilai investasi sebesar USD 820 juta.

Sehingga secara total, keseluruhan kapasitas, produksi pig iron akan mencapai 1,2 juta ton per tahun dengan dukungan PLTU sebesar 730 MW.


Serap 80.000 Tenaga Kerja 

Dengan proyeksi terbangunnya Pabrik Stainless Steel berkapasitas 2 juta mtpa (million tons per annum) pada 2019 dan berkembangnya industri-industri hilir lainnya, maka diperkirakan di Kawasan Industri Morowali Tsingshan ini akan terserap sekitar 80.000 tenaga kerja.

"Artinya jelas, hilirisasi menciptakan dan menjaga nilai tambah tetap berada di dalam negeri. Kalau kita ekspor bahan mentah, ya yang menikmati nilai tambah justru luar negeri," terang Menperin.

Menurut dia, proyek smelter dan kawasan industri Morowali ini berperan menumbuhkan ekonomi daerah, selain pemasukan bagi devisa ke kas negara.

Menperin merinci penghitungan nilai tambah dari nikel yang masih berupa bahan mentah (ore) seharga USD 30 per metrik ton.

Jika diolah menjadi bahan setengah jadi atau pig iron maka nilai jualnya melejit 40 kali menjadi USD 1.300 per metrik ton.

"Nah kalau sudah menjadi stainless steel harganya 2.800 dollar AS per metrik ton. Berapa kali lipat jika dibanding hanya berupa bahan mentah? 70 kali!" paparnya. 

Kedua menteri Kabinet Kerja itu juga mengapresiasi aktivitas tambang nikel karena telah melakukan pelaksanaan pascatambang berupa penataan ulang dan menanam pepohonan.