Notifikasi Surel Bisa Jadi Pemicu Stres

id stress

Notifikasi Surel Bisa Jadi Pemicu Stres

Ilustrasi-Stres ( flickr.com/photos/lloydm)

London (antarasulteng.com) - Para psikolog mengingatkan bahwa notifikasi surel terus menerus yang membuat orang merasa selalu siap bekerja bisa menjadi sumber stres.

Menurut hasil-hasil studi, terus menerus memeriksa dan membaca surel karena fitur notifikasi mengingatkan pengguna tentang pesan-pesan baru bahkan ketika mereka tidak sedang menggunakan aplikasi surat menimbulkan tanda-tanda ketegangan dan kekhawatiran.

Satu laporan dari Future Work Centre di London, yang melakukan riset psikologi pada pengalaman orang-orang di tempat kerja, menyatakan bahwa surel adalah "pisau bermata dua" yang bisa menjadi alat komunikasi bermanfaat tapi juga sumber stres.

"Riset kami menunjukkan bahwa surel adalah pedang bermata dua. Itu bisa menjadi alat komunikasi berharga, tapi juga jelas bisa menjadi sumber sumber stres," kata penulis utama hasil penelitian itu, Dr Richard MacKinnon.

Dia menyarankan pengguna mengendalikan surel, hanya menggunakan saat ingin menggunakan, bukan karena itu selalu ada.

"Anda mungkin ingin menggunakan aplikasi surel ketika ingin menggunakan surel  dan menutupnya selama periode tidak ingin terganggu oleh surel yang masuk," katanya.

Kesimpulan itu diperoleh setelah tim menyurvei hampir 2.000 orang yang bekerja di berbagai industri di Inggris tentang pro dan kontra surel.

Mereka menemukan bahwa dua kebiasaan yang paling menimbulkan stres adalah meninggalkan surel sepanjang hari serta memeriksanya pagi-pagi dan larut malam.

Ada "hubungan kuat" antara fitur pengaktifan notifikasi yang secara otomatis memperbarui surel di perangkat segera setelah mereka datang dan tekanan untuk melihat surel.

Tekanan yang lebih tinggi berhubungan dengan lebih banyak contoh-contoh surel pekerjaan berdampak negatif pada kehidupan di rumah dan surel kehidupan di rumah berpengaruh negatif ke performa kerja.

"Kebiasaan yang kita bangun, reaksi-reaksi emosial kita pada pesan-pesan dan etiket organisasional tak tertulis seputar surel, bergabung menjadi sumber beracun stres yang bisa berpengaruh negatif pada produktivitas dan kesejahteraan kita."

Tingkat stres yang tertinggi akibat surel terjadi pada orang-orang yang lebih muda dan makin menurun bersama pertambahan usia menurut temuan yang dipaparkan dalam pertemuan tahunan Divisi Psikologi Kerja British Psychological Society di Nottingham.

Mereka yang bekerja di bidang teknologi informatika, hubungan publik, Internet dan media adalah yang terpapar stres akibat surel.

Lebih dari 30 persen pekerja di kelompok tersebut menerima lebih dari 50 surel sehari dan lebih dari 65 persen mengaktifkanfitur  notifikasi untuk segera menerima surat terkini.

Para ahli distraksi digital dan produktivitas menyarankan pengelolaan stres akibat komunikasi konstan via surel dengan membatasi frekuensi mereka memeriksa aplikasi dan mengatur balasan Di Luar Kantor lebih sering karena faktanya jika masalahnya sangat penting pengirim akan menelpon.

Tahun 2014, diperkirakan 196,3 miliar surel dikirim di seluruh dunia menurut laporan itu, demikian seperti dilansir laman The Telegraph.

Penerjemah: Natisha Andarningtyas