Pertumbuhan Ekonomi Sulteng Tetap Tumbuh Dua Digit

id Ekonomi, Sulteng, BKPM

Pertumbuhan Ekonomi Sulteng Tetap Tumbuh Dua Digit

Pejabat di jajaran Kantor Perwakilan Sulawesi Tengah memaparkan kondisi ekonomi Sulteng 2016 yang diperkirakan tetap tumbuh dua digit, yakni 14,5 hingga 14,9.(Fauzi)

Kepala BI : "Kita berharap investasi akan terus meningkat, seiring dengan implementasi paket kebijakan pemerintahan yang mendorong investasi dan stabilitas makro ekonomi yang semakin baik,"
Palu (antarasulteng.com) - Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah memperkirakan walaupun pertumbuhan ekonomi daerah ini pada 2016 tumbuh pelan dibanding tahun sebelumnya, namun tetap tumbuh dengan dua digit yaitu sebesar 14,5 hingga 14,9 persen.

Kepala Perwakilan BI Sulteng, Purjoko di Palu, Kamis, mengatakan pertumbuhan ekonomi Sulteng saat ini masih didorong stimulus fiskal, terutama pembangunan proyek infrastruktur dan konsumsi yang diperkirakan masih tetap kuat. 

"Kita berharap investasi akan terus meningkat, seiring dengan implementasi paket kebijakan pemerintahan yang mendorong investasi dan stabilitas makro ekonomi yang semakin baik," katanya saat memaparkan hasil kajian ekonomi Sulteng 2016.

Selain itu, kata Purjoko, ekspor komoditas asal Sulteng dengan tujuan Tiongkok, diperkirakan sedikit mengalami perlambatan seiring dengan menurunnya kinerja manufaktur dan perlambatan pertumbuhan di Tiongkok.

Namun, kata dia, di tengah dinamika ekonomi global, upaya pemerintah meningkatkan daya beli masyarakat dan efektivitas stimulus fiscal, akan memiliki peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi 2016.

Purjoko menambahkan, pada triwulan IV-2016, inflasi Kota Palu diperkirakan masih berada pada kisaran 3,5 hingga 4 persen. Inflasi itu diperkirakan masih lebih rendah jika dibandingkan perkiraan inflasi triwulan III-2016 yang berada pada kisaran 4,2 hingg 4,7 persen.

"Turunnya tekanan inflasi diperkirakan oleh pengaruh harga kelompok `administered prices` yang juga mengalami penurunan, seiring dengan perkembangan harga minyak dunia yang masih menurun hingga akhir tahun 2016," ungkapnya.

Selain itu, pihaknya juga memperkirakan kelompok komoditas `volatile food` akan mengalami penurunan pada triwulan IV-2016. Hal ini seiring dengan potensi meredanya La Nina yang diperkirakan mencapai periode puncaknya di bulan September ini," tutup Purjoko. ***/A055