Staf Kedubes Amerika Kunjungi PB Alkhairaat

id dubes

Staf Kedubes Amerika Kunjungi PB Alkhairaat

Kedutaan Besar AS di Jakarta, Indonesia. (dok)

Palu,  (antarasulteng.com) - Dua perwakilan dari Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat (AS) di Indonesia, Amit Mathur dan Aang Abu Bakar bertandang ke Kantor Pengurus Besar (PB) Alkhairaat, Jalan SIS Aljufri, Selasa.

Kedatangan mereka diterima Sekretaris Jenderal (Sekjen) PB Alkhairaat, Dr Lukman S Thahir dan wakilnya Saifullah Tompo Amit Mathur sendiri adalah Political Officer dan Aang Abu Bakar merupakan Political Assistan, Kedubes AS.

Kunjungan dua tamu penting itu dalam rangka menggali budaya dan kondisi keamanan di Sulteng.

Amit yang mengaku baru pertama kali ke Sulteng, menemukan hal yang sangat berbeda dengan apa yang dia ketahui sebelumnya, apalagi yang berkaitan dengan konflik. Ia justru mengaku kagum dan senang.

"Beberapa hari disini, saya merasa kagum dengan keindahan gunung-gunung," aku Amit.

Namun demikian, Amit tetap ingin mengetahui bagaimana peran Alkhairaat dalam menyikapi konflik agama yang terjadi di Sulteng.

Mengawali penjelasannya, Lukman menceritakan keberadaan Alkhairaat mulai dari pendirinya yang selalu menanamkan nilai-nilai kebangsaan, hingga bidang-bidang yang menjadi fokus Alkhairaat selama ini, yaitu pendidikan, sosial dan dakwah.

"Jika ingin mempelajari kebudayaan dan kerukunan antar umat beragama di Sulteng memang cukup masuk di Alkhairaat saja. Polarisasi kebudayaan itu sudah dibentuk oleh pendiri yang mengimplementasikan kerukunan antar umat beragama secara langsung, bukan sekadar teoritis. Intinya, realitas kerukunan beragama itu nyata di Alkhairaat dan sudah sejak dulu," kata Lukman.

Lukman juga meluruskan persepsi soal konflik yang selama ini terjadi di Sulteng, khususnya Kabupaten Poso. Sulteng sudah kondusif. Adapun terkait adanya gerakan radikal di Poso, menurutnya bukan dalam konsep agama, tapi lebih pada persoalan ketidakadilan akibat tindakan represif aparat.

Lukman secara tegas menyatakan, Alkhairaat secara kelembagaan, menolak keras keberadaan ISIS dan gerakan radikal yang mengatasnamakan agama.

"Jadi bukan soal jihad atau konflik sara. Berdasarkan komunikasi kami dengan mantan teroris, aksi itu adalah balas dendam," katanya.

Olehnya kata dia, solusi meredam aksi teror di Poso adalah menarik seluruh pasukan Operasi Tinombala di daerah itu.

"Biarkan pemerintahan di daerah tersebut berjalan normal seperti daerah lain, agar memberikan kesan pada masyarakat bahwa persoalan itu sudah selesai. Lalu dilakukan langkah-langkah dialogis," saran dia.

Di akhir pertemuan, kedua belah pihak sepakat untuk menjalin kemitraan dan membangun komunikasi yang berkelanjutan.