Harga Kopra Kembali Membaik

id Kopra

Harga Kopra Kembali Membaik

Seorang petani mengolah kelapa untuk dijadikan kopra di Desa Kalukubula, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Minggu (19/3). (Antarasulteng.com/Nanang)

Harga yang tinggi ini tidak dinikmati petani karena produksi kopra menurun
Palu (antarasulteng.com) - Harga komoditas kopra di Kota Palu, Sulawesi Tengah, kini kembali membaik setelah sebelumnya sempat merosot tajam.

Pantauan di sejumlah pengumpul hasil bumi di Palu, Senin, harga kopra bergerak naik dari Rp7.000/kg, kini menjadi Rp12.000/kg.

Namun, kata seorang pedagang, kenaikan harga itu tidak banyak dinikmati petani karena produksi kopra dalam beberapa tahun terakhir ini menurun drastis.

"Petani yang datang menjual kopra tidak sebanyak beberapa tahun lalu," kata Abram, salah seorang pedagang pengumpul.

Ia mengatakan di era tahun 1980 sampai 1990, kopra merupakan komoditi andalan petani di Sulteng. Tetapi setelah memasuki tahun 2000an, banyak pohon kelapa ditebang petani selain karena faktor usia yang sudah cukup lama dan sudah tidak produktif lagi, juga untuk bahan baku bangunan.

Bahkan, setiap bulannya hingga kini ada antarpulau bahan bangunan dari batang kelapa ke beberapa daerah seperti Bali dan Surabaya untuk memenuhi kebutuhan pasar setempat.

"Ini salah satu yang mengakibatkan produksi kopra petani di Sulteng semakin merosot," kata dia tanpa merinci.

Padahal, kata Abram, harga kopra di pasaran saat ini cukup bagus dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Kopra produksi petani Sulteng selain memenuhi kebutuhan pabrik minyak goreng curah di daerah ini, juga sebagian dikirim ke Surabaya dan Sulut.

Sulteng juga mengekspor kopra ke berbagai negara tujuan di Asia dan Eropa.

Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulteng melalui Bidang Perdagangan Luar Negeri, salah satu perusahaan yakni PT Subroto pernah mengekspor kopra pada 2010 sebanyak 907,24 ton dan 2011 turun menjadi 103,74 ton.

Data Dinas Perkebunan Sulteng menyebutkan, luas areal tanaman kelapa di Sulteng saat ini mencapai 180.000 hektare, namun yang masih berproduksi hanya sekitar 70 persen.

Pemerintah Pusat dan Provinsi Sulteng dalam beberapa tahun terakhir ini kembali gencar melakukan peremajaan kelapa di sejumlah kabupaten di provinsi ini. Hasil peremajaan itu akan mulai dirasakan pada 3 smapai 5 tahun ke depan .