Ketika Krisis Mendera, Reputasi Menjadi Kunci

id DKP

Ketika Krisis Mendera, Reputasi Menjadi Kunci

DR Ir Hasanuddin Atjo, MP, Kadis KP Sulawesi Tengah. (Antarasulteng.com/istimewa)

Reputasi adalah kesuksesan yang berulang, sedangkan kesuksesan merupakan sebuah kegagalan yang berulang.
KRISIS pasti datang, dan akan mendera (menghantam) kinerja organisasi atau lembaga, tak pilih sasaran, mulai dari organisasi kecil seperti UMKM sampai kepada organisasi yang lebih besar seperti perusahaan multi nasional bahkan pemerintahan. 

Krisis sulit di prediksi dan datangnya bisa bergelombang yang berpola atau tanpa pola dan bisa pula sekali-sekali secara tiba-tiba tetapi mematikan. 

Ada dua faktor menjadi penyebab krisis, pertama faktor eksternal seperti demo masyarakat karena kecewa, politik ekonomi dan keamanan dari negara tertentu; dan kedua faktor internal seperti belum solidnya kondisi internal sebuah organisasi sehingga pengikut/karyawan mudah terprovokasi, goyah sampai kepada munculnya sabotase. 

Masih jelas dalam ingatan kita pada 1998, negara-negara di Asia didera krisis ekonomi maha dahsyat yang dipicu oleh faktor eksternal karena pertama adanya pembelian atau penarikan mata uang dolar Amerika secara besar-besaran, dan kedua lemahnya struktur ekonomi pada beberapa negara Asia yang didominasi ekonomi kapitalis. 

Saat itu nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika terjun bebas dari 2.000 menjadi 15.000 rupiah per dolar dan membuat harga kebutuhan bahan pokok melambung tinggi, bunga pinjaman bank tembus angka 60 persen pertahun yang kemudian membuat banyak usaha bangkrut dan berdampak terhadap naiknya angka pengangguran dan masalah sosial lainnya. 

Di antara negara di Asia, Korea Selatan adalah yang paling cepat keluar dari krisis, sedangkan Indonesia masuk dalam kategori lambat. 

Pentingnya reputasi 

Pemimpin dikatakan sukses bila bersama pengikutnya atau pegawainya mampu menghadapi dan keluar dari sebuah krisis yang menderanya. Semakin sering meraih sukses dalam berhadapan dan kemudian keluar dari krisis yang datangnya bergelombang, atau tiba-tiba, maka pemimpin tersebut dikatakan telah memiliki sebuah reputasi atau biasa juga mendapat gelar pemimpin "bertangan dingin."

Dalam organisasi yang baru dan sedang berkembang, beban pemimpinnya lebih berat guna membawa organisasinya berhadapan dan keluar dari sebuah krisis. Ini disebabkan organisasi yang sedang berkembang atau belum mapan diperhadapkan pada masalah belum terbangunnya visi yang sama di antara pengikutnya. 

Semakin beragam pemahaman tentang visi itu, maka semakin berat pula beban yang dipikul pimpinan tersebut. Itulah sebabnya kemudian kita sering melihat pergantian pejabat atau manajer untuk mengisi sebuah jabatan tertentu, karena dipandang pejabat lama tidak mampu berhadapan dan keluar dari krisis.

Diharapkan pergantian ini akan mendongkrak kinerja organisasi agar tetap eksis dan berkembang. Pejabat atau manajer yang direkrut tersebut tentunya telah memiliki reputasi dengan jam terbang yang tinggi. Dan karena reputasinya, maka kemudian yang bersangkutan mendapat reward berupa upah dan fasilitas yang lebih.
 
Membangun Reputasi 

Reputasi adalah kesuksesan yang berulang, sedangkan kesuksesan merupakan sebuah kegagalan yang berulang. Seseorang yang punya reputasi sudah pasti memiliki kompetensi (pengetahuan, ketrampilan dan perilaku kerja). 

Dengan pengetahuan dan keterampilanya itu serta didukung oleh perilaku kerja positif, seperti pantang menyerah, konsisten, komitmen, tanpa pamrih maka seseorang melalui sebuah proses dapat merubah kegagalan menjadi sebuah kesuksesan dan selanjutnya mengulangi kesuksesan itu beberapa kali untuk menjadi reputasi. 

Good driver dan good passenger 

Seorang supir taksi atau angkutan umum yang berperilaku baik (good driver) dipastikan akan memiliki banyak pelanggan. Supir yang baik tidak pernah terlihat mengantuk, ia mengetahui rute, tidak menelepon saat mengemudi, bahkan dapat memperbaiki kendaraannya manakala mengalami kerusakan di perjalanan. 

Seseorang sebelum menjadi good driver, maka harus menjadi good passenger (penumpang yang baik) terlebih dahulu. Penumpang yang baik tidak membuat gaduh dalam perjalanan, membantu supir saat kendaraan mengalami kerusakan.

Ada pula contoh perilaku good passenger yakni sering kita menyaksikan penumpang yang lebih muda memberikan tempat duduk kepada perempuan atau penumpang yang lebih tua saat tempat duduk penuh.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa perilaku kerja menjadi critical point atau faktor kunci dalam membangun sebuah reputasi. Semoga. *) Wakil Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI)