Curah hujan masih tinggi, warga Tolitoli-Buol diminta tetap waspada

id Tolitoli

Curah hujan masih tinggi, warga Tolitoli-Buol diminta tetap waspada

Aparat kepolisian membantu PDAM memasang kembali pipa induk distribusi air bersih yang hancur dihantam banjir, sehingga warga Kota Tolitoli sampai Kamis (15/6) masih kesulitan memperoleh air bersih. (Antarasulteng.com/Polres Tolitoli)

Hujan deras akan disertai petir dan angin kencang.
Palu (Antara Sulteng) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat di Kabupaten Buol dan Tolitoli untuk tetap waspada karena curah hujan pada dua wilayah itu diperkirakan masih cukup tinggi dalam beberapa hari ke depan sehingga banjir bandang masih berpotensi terjadi lagi.

"Bukan hanya hujan, tetapi juga angin kencang yang disertai petir atau kilat sehingga perlu mendapat perhatian masyarakat," kata Kepala Stasiun Meteorologi Bandara Mutiara Palu, Kasiron, Kamis.

Ia mengatakan berdasarkan analisis dan foto satelit BMKG menunjukan adanya titik-titik awan hitan yang berpeluang terjadinya hujan juga di beberapa kabupaten lain seperti Kabupaten Banggai, Banggai Kepulauan, Morowali, Morowali Utara, Sigi dan Kota Palu.

Khusus di Kabupaten Tolitoli dan Buol, katanya, curah hujan meningkat mulai hari ini sampai 17 Juni 2017.
Masyarakat di dua wilayah tersebut diimbau untuk tetap waspada karena bencana alam banjir dan tanah longsor bisa saja kembali terjadi.

Apalagi, jika berpapasan dengan air laut pasang dan sungai yang banjir, dipastikan airnya akan meluap kembali ke permukiman warga seperti yang terjadi sebelumnya.

Kabupaten Tolitoli selama Juni 2017 ini sudah dua kali dilanda banjir bandang yakni tanggal 3 dan 13 yang sempat melumpuhkan perekonomian masyarakat di sebagian besar Kota Tolitoli.


Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulteng dan BPBD Kabupaten Tolitoli menyebutkan banjir dan tanah longsor yang memorak-porandakan permukiman dan sarana/fasilitas serta infranstruktur jalan, listrik dan air bersih di daerah itu merupakan terbesar dalam kurun waktu beberapa puluh tahun terakhir ini.

Banjir bandang yang terjadi pada 03 Juni 2017 menelan korban jiwa dua orang dan puluhan luka-luka serta puluhan rumah hanyut dan ratusan lainnya mengalami kerusakan ringan, sedang dan berat.

Hingga kini, kata Kepala BPBD Provinsi Sulteng Bartholomeus Tandigala, pemerintah masih mendata dan menghitung kerugian yang diakibatkan bencana alam banjir dan longsor yang menghajar daerah penghasil cengkih terbesar di Sulteng itu.