PBNU: Pancasila tidak boleh diperdebatkan

id pancasila

PBNU: Pancasila tidak boleh diperdebatkan

Lambang Negara, Garuda Pancasila, dengan tameng di dada Garuda berisikan ikon-ikon kelima sila dalam Pancasila. (ANTARA)

Pancasila sebagai dasar negara sudah tidak boleh lagi diperdebatkan, jadi tak perlu mendebatkan apakah negara ini masih Pancasila atau bukan
Ambon (antarasulteng.com) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj mengingatkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sudah tidak boleh lagi diperdebatkan.

"Pancasila sebagai dasar negara sudah tidak boleh lagi diperdebatkan, jadi tak perlu mendebatkan apakah negara ini masih Pancasila atau bukan," kata Said Aqil Siroj di Ambon, Rabu malam.

Pernyataan ketua umum PBNU itu disampaikan dalam tausyiahnya pada acara halal bihalal dengan warga Nahdiyin, tokoh agama, TNI, serta Polri di Gedung Islamic Center Ambon.

"Dua hari lalu, Panglima TNI Gatot Nurmantyo juga telah mengatakan jangan ikuti ulama yang punya agenda mengganti Pancasila karena ideologi ini sudah dipercaya sejak dahulu dalam membangun bangsa yang bermartabat," tandasnya.

Menurut dia, halal bihalal berasal dari bahasa Arab tetapi orang Arab sendiri tidak mengerti dan di sana tidak ada yang namanya acara seperti ini pascaperayaan Idul Fitri, kecuali silaturahim yang artinya memperkuat persaudaraan.

"Ternyata yang pertama kali menggagas terminologi silaturahim setelah bulan puasa adalah KH Abdulwahab Hazbullah, tokoh NU dan merupakan salah satu pahlawan nasional," ujarnya.

Pada tahun 1948, tokoh-tokoh politik nasional saling tegang satu sama lainnya, maka Presiden Soekarno memanggil Kiai Wahab melakukan upaya mendekatkan hubungan dan menghilangkan ketegangan para tokoh.

Ketika diusulkan menggunakan istilah silaturahim, Bung Karno bilang kurang keren sebab sudah terlalu banyak orang menggunakan istilah itu lalu Kiai Wahab akhirnya menggagas yang namanya halal bihalal sehingga semua tokoh diundang Presiden dalam acara tersebut.

Silaturahim itu memperkuat hubungan dengan niat tulus, dan ada empat macam hubungan diantaranya bersalaman harus dilakukan secara kontinyu dan tidak harus ada kepentingan atau sesuatu yang diagendakan untuk melakukan silaturahim

Jadi bukan ada kebutuhan yang mendesak saja, tetapi dekatkan diri dan memperkuat hubungan, katanya.

Kemudian silaturakmal, yakni membangun jaringan kerjasama dimana selesai acara seperti ini ada kerjasama yang positif.

"Tidak mungkin kita hidup sendirian tetapi harus terbuka dan membangun kerjasama dengan siapa pun tetapi yang bermanfaat dan positif," kata Said Aqil. (skd)