NTFP-EP Indonesia Latih Komunitas Di Lanskap Lariang

id ntfp

Membangun dan mengelola suatu usaha bukanlah perkara mudah, apalagi ketika usaha yang dibangun berbasis hasil hutan bukan kayu pada level komunitas di pedesaan, pengembangan usaha butuh kesiapan sumber daya manusia
Palu,  (antarasulteng.com) - Organisasi Non Timber Forest Product Exchange Programme (NTFP-EP) Indonesia kembali memberikan pelatihan kewirausahaan bagi komunitas berbasis hasil hutan bukan kaya (HHBK) di Lanskap Lariang, Provinsi Sulawesi Tengah di Kota Palu, Kamis.

"Membangun dan mengelola suatu usaha bukanlah perkara mudah, apalagi ketika usaha yang dibangun berbasis hasil hutan bukan kayu pada level komunitas di pedesaan, pengembangan usaha butuh kesiapan sumber daya manusia," kata Direktur NTFP-EP Indonesia, Jusupta Tarigan.

Kata dia, walau usaha yang dibangun dan dikelola berbahan baku dari hasil aktivitas mata pencaharian utama masyarakat, namun keberhasilan dan keberlanjutan usaha sangat ditentukan oleh beberapa faktor penting.

"Itu ditentukan oleh visi dan kemampuan manajerial dan teknis pelakunya, dalam mengelola aset atau modal alam, sosial, fisik, keuangan dan manusia," ujar Jusupta.

Dia menjelaskan dalam upaya mempersiapkan calon wirausaha pada tingkat masyarakat, NTFP-EP Indonesia bekerjasama dengan mitra Green Livelihood Alliance (GLA), memfasilitasi pelatihan persiapan membangun usaha berbasis HHBK. Sehingga masyarakat mengenal, memahami dan mampu melakukan analisis pasokan bahan baku, rantai nilai dan pasar.

"Pelatihan kali ini melibatkan 20 petani dari lanskap Lariang, akan menggunakan pendekatan Community Livelihood Assesment and Product Scanning (CLAPS) dan dikombinasikan dengan metode lainnya," ungkap Jusupta.

NTFP-EP Indonesia dan mitra GLA di lanskap Lariang yang mencakup Kecamatan Kulawi, Kecamatan Kulawi Selatan di Kabupaten Sigi dan Kecamatan Lore Barat, Lore Utara dan Lore Peore di Kabupaten Poso.

Menurut Jusupta, tidak dapat dipungkiri, bekal pengetahuan dan keterampilan menganalisis pasokan bahan baku, ratani nilai dan pasar, belumlah cukup untuk menjadi bekal bagi masyarakat untuk membangun dan mengelola usaha. Pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan analisis SWOT, analisis biaya-manfaat dan mengembangkan strategi pemasaran dan penjualan juga sangat penting untuk diketahui.

Serlyn salah seorang peserta pelatihan menyampaikan bahwa kegiatan pelatihan itu dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang akan membangun dan mengelola usaha komunitas berbasis HHBK.

"Kami dilatih agar mampu menggunakan alat, untuk mengumpulkan data dan informasi guna menganalisis seperti analisis manfaat-biaya, strategi pemasaran dan penjualan," kata Serlyn. (skd)