SM3T Gelar Khatulistiwa Education Expo

id SM3T, Khatulistiwa

Sekitar 54 peserta SM3T ditempatkan di Sulteng, dan daerah yang terpilih untuk penempatan mereka Kabupaten Parimo, dimana pengabdian di masyarakat itu berlangsung selama satu tahun di mulai sejak 2016.
Parigi (antarasulteng.com) - Sarjana Mendidik di daerah Terdepan Terluar Tertinggal (SM3T) penempatan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah menggelar Khatulistiwa Education Expo 2017, sebagai bentuk persembahan terakhir mereka sebelum mengakhiri masa penugasan.
    
Seorang guru SM3T program Pemerintah pusat itu, Ropik Hidayat di Parimo, Sabtu mengatakan, kegiatan itu sebagai bentuk upaya memberikan kontribusi dalam ikut serta memajukan pendidikan di Parigi Moutong.
    
"Sebelum menggelar Khatulistiwa Education Expo kami telah melakukan seminar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan kegiatan itu disambut baik pemerintah daerah setempat," ungkap Ropik.
    
Pada kegiatan seminar ABK, katanya, Wakil Bupati Parimo, Badrun Nggai memberikan apresiasi kepada mereka, karena memang masih banyak orang tua maupun guru yang belum bisa memahami dan mendidik anak yang memiliki keterbatasan mental maupun fisik.
    "Seminar Anak Berkebutuhan Khusus ini sebagai bentuk dukungan pemerintah daerah menjadikan Parimo sebagai Kabupaten layak anak," ungkap pria asal Ciamis, Jawa Barat itu.
    Kegiatan bertajuk 'Memberi Edukasi dan Kontribusi untuk Pelosok Negeri' tersebut kata Ropik, diselenggarakan tujuh hari 14 s/d 20 Agustus 2017.
    Sekitar 54 peserta SM3T ditempatkan di Sulteng, dan daerah yang terpilih untuk penempatan mereka Kabupaten Parimo, dimana pengabdian di masyarakat itu berlangsung selama satu tahun di mulai sejak 2016.
    Ia menjelaskan, selain seminar, SM3T juga menggarap satu film dokumenter karya guru SM3T Parimo berjudul Pengabdian di Khatulistiwa. Film itu telah ditayangkan di kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Toraranga Parimo.
    Dalam film itu, lanjut Ropik, menceritakan perjuangan dan semangat guru-guru honorer, meskipun harus menempuh perjalanan satu jam untuk sampai ke sekolah, dimana medan yang dilalui cukup memacu adrenalin.
    Sekolah itu, hanyalah bangunan darurat, beratap rumbia, bertiang bambu, dan dindingnya pun hanya disekat seadanya. Meski begitu guru-guru honor tetap semangat dan optimis di atas ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang tidak memadai. Kondisi itu tak menjadi penghalang bagi mereka.
    "Lewat film ini saya ingin menyampaikan pesan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan  keadaan pendidikan di pelosok negeri, khusunya di bagian timur Indonesia," tuturnya.
    Guru SM3T diakhir masa pengabdiannya akan dipulangkan ke daerah asal mereka 23 Agustus 2017. Priogram SM3T, merupakan program pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.***