Bangladesh paksa 2.000 Rohingya tinggalkan pulau tempat sembunyi

id rohingya

Bangladesh paksa 2.000 Rohingya tinggalkan pulau tempat sembunyi

Pengungsi Rohingya berjalan di jalan berlumpur setelah menyebrangi perbatasan Bangladesh-Myanmar di Teknaf, Bangladesh, Minggu (3/9/2017). (REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)

Cox's Bazar (antarasulteng.com) - Otoritas Bangladesh memaksa 2.000 lebih warga Rohingya meninggalkan pulau terpencil tempat mereka bersembunyi setelah melarikan diri dari kekerasan di Myanmar menurut para pejabat pada Senin (4/9).

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan 87.000 pengungsi yang sebagian besar Rohingya membanjiri perbatasan menuju Bangladesh sejak putaran pertempuran terbaru terjadi 10 hari lalu di Rakhine State, Myanmar.

Sebagian besar telah masuk lewat daratan atau melintasi sungai perbatasan Naf. Namun, saat keputusasaan meningkat, beberapa orang memberanikan diri melintasi laut lepas untuk mencapai pulau kecil St Martin yang berada sembilan kilometer di lepas pantai Bangladesh.

Para pejabat mengatakan 9.000 penduduk pulau itu, yang memiliki kesamaan hubungan budaya dengan Rohingya dan menggunakan bahasa serupa, menyembunyikan sekitar 2.000 pendatang baru tetapi diperintahkan untuk menyerahkan mereka. 

Para pejabat mengatakan 2.011 Rohingya itu tiba di pulau dalam beberapa hari terakhir. "Mereka berada di tempat-tempat berbeda di pulau Saint Martin dan mereka digiring bersama," kata administratur distrik Ali Hossain.

Rohingya merupakan etnis minoritas tanpa kewarganegaraan yang menurut kelompok hak asasi manusia telah puluhan tahun menghadapi penganiayaan di Myanmar.

Kepala dewan daerah Noor Ahmad mengatakan bahwa pengeras suara di masjid digunakan untuk meminta warga menyerahkan pendatang Rohingya kepada penjaga pantai.

"Mereka memberi tahu kami untuk membantu menemukan Rohingya dengan cara apapun dan membawa mereka ke kamp penjaga pantai," ujar Ahmad.

Pejabat terpilih lain, Farid Ahmed, mengatakan 2.011 Rohingya termasuk anak-anak dikumpulkan di markas penjaga pantai pada Minggu petang dan dibawa pergi.

"Anak-anak Rohingya menangis. Tapi ini perintah pemerintah. Apa yang bisa kami lakukan?" kata Ahmed kepada kantor berita AFP.

"Mereka (Rohingya) mengatakan, kemana kami harus pergi? Mereka (pasukan Myanmar) membunuhi kami di sana. Rumah-rumah kami dibakar. Mereka menembaki kami."

Kedua pria itu mengatakan Rohingya dibawa kembali ke Myanmar menggunakan perahu-perahu.

Seorang pejabat senior yang berbicara dengan AFP dengan syarat namanya tidak disebut mengatakan Rohingya dibawa kembali pada malam hari dengan kawalan dari pasukan keamanan perbatasan.

Penjaga pantai Bangladesh telah menghadang dan membalikkan ratusan pengungsi saat mereka mendekati pulau, kata pejabat itu.

Bangladesh sudah menjadi rumah bagi sekitar 400.000 Rohingya sebelum krisis terbaru dan telah menegaskan bahwa mereka tidak ingin menampung lebih banyak lagi.

Namun mereka tidak bisa membendung aliran pengungsi putus asa yang berusaha melarikan diri dari kekerasan terbaru di Rakhine State, tempat mereka mengatakan komunitas mereka menjadi korban pembunuhan massal di tangan massa Buddha dan militer. (skd)