Enam desa di Sigi bakal jadi 'Desa Sadar Jamsostek'

id BPJS

Enam desa di Sigi bakal jadi 'Desa Sadar Jamsostek'

Muhyiddin, Kepala BPJS Ketenagakerjaan Cabang Palu (Antarasultent.com/BPJS Tk Palu)

60 persen penduduk Indonesia hidup di desa dan hampir semuanya belum memiliki Jamsostek
Palu (Antarasulteng.com) - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Cabang Palu, sedang membina enam desa di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah untuk menjadi desa Sadar Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (Jamsostek).

Keenam desa itu, kata Kepala Cabang BPJS Ketenagakerjaan Palu Muhyiddin, Jumat, adalah Desa Pakuli Utara, Pandere, Kalawara, Sibalaya Barat, Sbalaya Utara dan Sibalaya Selatan, semuanya di Kecamatan Gumbasa.

Keenam desa itu dipilih antara lain karena faktor jarak dari Kota Palu yang relatif dekat sehingga bisa dikunjungi secara intensif oleh staf BPJS-TK Palu untuk kepentingan pembinaan.

Selain itu, desa-desa tersebut memiliki penduduk sekitar 50 persen yang potensial menjadi peserta BPJS-KT serta informasi mengenai program jaminan sosial ketenagakerjaan sudah mulai dikenal warga setempat.

"Insya Allah akhir September ini, keenam desa itu sudah di-launching sebagai desa sadar Jamsostek yang ditandai dengan penandatanganan MoU dengan para kepala desa, dan selanjutnya mereka akan mengikuti kompetisi secara nasional," ujar Indhy, panggilan akrab Muhyiddin.

Saat ini, kata Indhy, hampir setiap hari, staf BPJS-TK Palu turun ke desa-desa itu untuk melakukan pembinaan agar syarat-syarat yang ditetapkan untuk mengikuti kompetisi secara nasional bisa dipenuhi.

Beberapa syarat lainnya yang sedang digarap adalah semua perangkat desa di enam desa itu sudah harus menjadi peserta program BPJS Ketenagakerjaan.

"Saya punya fokus pada enam desa tersebut adalah mengakuisisi sebanyak mungkin penduduknya untuk menjadi peserta BPJS-TK. Saya sedang mencari mitra-mitra yang bisa diajak bekerja sama mendukung program ini, di antaranya kalangan perbankan," ujarnya.

Upaya mengakuisisi penduduk enam desa itu menjadi peserta BPJS-TK butuh dukungan mitra BUMN, terutama perbankan, yang memiliki dana tanggung jawab sosial kemasyarakatan (CSR), guna menalangi iuran kepesertaan mengingat penduduk desa umumnya adalah pekerja sektor informal.

"Saya akan menawarkan kerja sama yang saling menguntungkan kepada bank-bank yang bersedia bekerja sama dengan kami untuk mengakselerasi akuisisi pekerja sektor informal seperti petani di desa-desa calon desa sadar Jamsostek itu," ujarnya.

Program desa sadar jamsostek itu, kata Indhy, bertujuan mengenalkan pentingnya jaminan sosial ketenagakerjaan lewat program BPJS-TK kepada warga desa agar mereka menjadi peserta program BPJS-TK.

Sekitar 60 persen penduduk Indonesia hidup di desa yang tersebar pada sekitar 74.000 desa dan hampir semuanya belum memiliki jaminan sosial ketenagakerjaan.

Padahal, kata Indhy, seluruh warga desa yang berusia 17 tahun, baik laki-laki maupun perempuan bekerja secara mandiri sesuai dengan lingkungan alam desanya.

Risiko kecelakaan kerja warga desa tersebut lebih tinggi dari sektor industri karena sangat tergantung dengan lingkungan alam. Hampir semua kasus kecelakaan warga desa adalah akibat langsung atau tidak langsung dari hubungan kerja seperti tersambar petir, jatuh dari pohon atau tebing, tenggelam di sungai atau laut, terkena angin kencang atau terluka saat bekerja. (RM)