Petani Sigi Antisipasi Kekeringan Tanam Palawija

id sawah

 Petani Sigi Antisipasi Kekeringan Tanam Palawija

Ilustrasi (antaranews)

Palu,  (antarasulteng.com) - Petani di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, mengantisipasi musim kering (kemarau) tahun ini dengan menanam berbagai komoditas palawija meski daerah ini tidak mengalami kekeringan karena karena hingga kini hujan mengguyur hampir seluruh wilayah tersebut.

Lahan persawahan yang produktif tidak dibiarkan telantar dalam setiap musim tanam (MT). Petani di Kabupaten Sigi, selain menanam padi sawah, juga komoditas kedelai dan jagung.

Mereka tidak mau lahannya telantar, apalagi didukung dengan irigasi yang memadai. Ditambah lagi, curah hujan cukup normal. Misalnya, di Kecamatan Palolo dan Biromaru serta Dolo, semua lahan sawah untuk menanam padi, kedelai, dan jagung. Bahkan, saat ini sedang berlangsung panen padi sawah di beberapa sentra produksi di tiga kecamatan.

Di Kabupaten Sigi, dalam beberapa pekan terakhir ini, juga sedang panen jagung, salah satu komoditas pangan yang dibutuhkan masyarakat, baik untuk diolah menjadi beras jagung maupun pakan ternak.

Pemerintah Kabupaten Sigi telah mencanangkan daerah yang bertetangga langsung di Palu, Ibu Kota Sulteng, sebagai salah satu daerah penghasil komoditas jagung di provinsi ini.

Jagung yang dikembangkan para petani di kabupaten tersebut, selain jagung biasa untuk diolah menjadi beras dan pakan ternak, juga jagung manis yang sangat laris dijual di pasaran Kota Palu.

Jika kita melintas di Jalan Palu-Palolo, sepanjang jalan terlihat hamparan sawah yang cukup luas yang ditanami berbagai jenis padi.

Tampak ada sawah yang padinya sudah selesai di panen dan ada pula padi yang sementara menguning dan tinggal menunggu waktu tepat untuk segera dipanen.

Begitu pula, dengan jagung. Ada lahan jagung yang masih menunggu masa panen. Ada pula yang sudah dipanen.

Subhan, petani Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, mengatakan bahwa dirinya baru saja memanen jagung di lahan seluas 1,5 hektare.

"Hasil panen jagung kali ini lebih bagus daripada musim tanam sebelumnya," katanya tanpa memerinci.

Selain menanam jagung, dia juga menanam padi sawah meski lahannya tidak luas, sekitar 1 hektare. Walau seluas itu, panennya cukup lumayan untuk konsumsi sendiri. Sisanya dijual kepada pedagang yang datang dari Kota Palu.

Khususnya jagung yang dikembangkan adalah jagung manis dan semua hasil panen di pasarkan di Kota Palu. Pemasaran hasil panen, baik beras maupun jagung, menurut dia, tidaklah sulit karena Kota Palu dekat dengan Biromaru.

Kecamatan Biromaru, Dolo, dan Marawola Kabupaten Sigi adalah tiga wilayah yang berbatasan langsung dengan Palu.

Oleh karena itu, produk-produk pertanian, perkebunan, dan peternakan/perikanan begitu panen, langsung dipasarkan pada hari itu juga ke Kota Palu.

Hal senada juga diungkapkan Rasid. Petani asal Kecamatan Dolo ini mengatakan bahwa rata-rata petani di wilayah tersebut mengembangkan komoditas pangan berupa padi, kedelai, dan jagung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Bahkan, kata dia, sebagian hasil panen petani, termasuk sayur-mayur selama ini dipasarkan keluar provinsi, seperti ke Kalimantan Timur.

Mengantisipasi musim kekeringan yang saat ini melanda sejumlah daerah di Tanah Air, para petani di Kabupaten Sigi memanfaatkan semua lahan yang ada dengan menanam berbagai komoditas, termasuk jagung. Apalagi, harga jagung di pasaran lokal sekarang ini makin membaik. Harga dibeli pedagang langsung kepada petani berkisar Rp3.000,00-an per kilogram.

Jagung pipilan dijual pedagang di pasar-pasar tradisional di Kota Palu saat ini bervariasi antara Rp5.000,00 dan Rp6.000,00/kg.

Target 5.000 Ton

Pemerintah Kabupaten Sigi menargetkan panen raya jagung pada bulan September 2017 dengan estimasi produksi mencapai 5.000 ton.

Pada tahun ini, petani Sigi menanam jagung pada lahan seluas sekitar 2.500 hektare, kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Sigi Mulyadi Hiola.

Lahan untuk penanaman komoditas jagung di Kabupaten Sigi masih cukup luas, termasuk memanfaatkan lahan kebun kepala dan kakao. Apalagi, jagung bisa ditanam di sela-sela atau di bawah pohon kelapa dan kakao.

Petani di Kabupaten Sigi selama ini cukup bergairan menanam jagung karena memang harganya cukup bagus.

Jika produktivitas rata-rata 5 ton per hektare, jagung yang diproduksi mencapai 4.310 ton.

"Itu baru yang terdaftar melalui program Pajala. Belum lagi, petani lain yang menanam sendiri tanpa melalui program Pajala. Saya yakin jumlahnya juga tidak sedikit," katanya.

Menurut Mulyadi, areal perkebunan di Sigi saat ini seluas 11.000 hektare. Semuanya berpotensi ditanami jagung maupun kedelai.

Dari luasan itu, kata dia, yang sudah termanfaatkan baru sekitar 3.000 hektare dengan daerah sebaran, antara lain, Kecamatan Dolo, Dolo Barat, Dolo Selatan, Gumbasa, dan Kecamatan Palolo.

Untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, pemerintah daerah menggunakan varietas unggul, seperti lamura dan hibrida pioneer serta bimauri.

Varietas ini, kata Mulyadi, produktivitasnya bisa mencapai 12 ton/hektare.

Saat ini produktivitas jagung di daerahnya masih berkisar 3 s.d. 4 ton perhektare. Namun, dengan adanya varietas unggul yang diberikan kepada petani diharapkan produktivitas bisa meningkat hingga 5 ton/hektare.

Mantan Kepala Bidang Pengembangan Usaha Perkebunan pada Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Tengah itu mengatakan bahwa pemerintah tidak saja mendorong petani untuk menanam, tetapi pemerintah juga berusaha membuka pasar dengan membangun kemitraan berbagai pihak, seperti BUMD/BUMN.

Perseroan Terbatas (PT) Pembangunan Sulawesi Tengah, salah satu BUMD pemerintah Provinsi Sulteng sudah siap membeli jagung yang dihasilkan petani di Sigi.

Bila musim kekeringan melanda wilayah Sulteng, termasuk Kabupaten Sigi, pemerintah dan petani sudah siap menghadapinya dengan berbagai cara atau solusi, di antaranya menanam komoditas yang tahan panas.

Selain itu, juga sebagian besar petani telah mengantisipasinya dengan membangun sumur bor dan sumur pompa untuk memenuhi kebutuhan air.

Pemkab Sigi merasa optimistis daerah tetangga Palu itu akan menjadi lumbung jagung yang dapat menumpang kebutuhan masyarakat di daerah itu dan nasional. (skd)