Jakarta (antarasulteng.com) - Sosiolog Universitas Nasional (Unas) Nia Elvina, MS.i
mengemukakan bahwa berbagai prahara mengenai banyaknya partai politik
yang terbelit korupsi merupakan dampak dari tidak terinternalisasikannya
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia.
"Dalam kacamata sosiolog, nilai (Pancasila) itu merupakan elemen
dasar dalam masyarakat. Itu menjadi panduan atau acuan masyarakat untuk
bertindak," katanya di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, dalam teori kita menganut kolektifisme, akan tetapi
dalam praktik dan perbuatan, yang diterapkan --khususnya lagi elit
politik--adalah memperkuat individualisme dan partikularisme.
"Kemudian, secara teoritis kita membela demokrasi sosial, tetapi
dalam realitasnya kita menerapkan semangat demokrasi liberal," kata Nia
yang juga anggota Kelompok Peneliti Studi Perdesaan Universitas
Indonesia (UI) itu.
Ia mengatakan bahwa Parpol yang hakikatnya alat untuk menyusun
pendapat umum secara teratur, agar supaya rakyat belajar merasakan
tanggung jawabnya sebagai pemangku negara dan anggota masyarakat, namun
Parpol sekarang itu dijadikan tujuan dan negara sebagai alatnya.
"Padahal itu suatu tindakan yang imoral dan bertentangan dengan Pancasila," katanya.
"Saya kira Parpol sekarang dominan mengasuh para kadernya untuk
melunturkan karakter," tambah Sekretaris Program Ilmu Sosiologi Unas
itu.
Dalam kondisi tersebut, menurut dia, orang masuk Parpol bukan
karena keyakinan, akan tetapi karena ingin memperoleh jaminan.
Dengan adanya realitas ini, kata dia, maka tidak heran pemimpin
atau pejuang idealis tertunda kebelakang, dan manusia "profitir" yang
maju kemuka.
"Jadi, masyarakat Indonesia harus insyaf akan hal ini. Supaya
jangan mengirim lagi wakil-wakil di parlemen yang tidak bisa mewujudkan
cita-cita bangsa dan melupakan nilai-nilai Pancasila dalam tindakan
politik dan moralitasnya," demikian Nia Elvina. (ANT/skd)
Prahara Parpol Dampak Tak Terinternalisasikannya Pancasila
Jadi, masyarakat Indonesia harus insyaf akan hal ini. Supaya jangan mengirim lagi wakil-wakil di parlemen yang tidak bisa mewujudkan cita-cita bangsa dan melupakan nilai-nilai Pancasila dalam tindakan politik dan moralitasnya