Pelaku Industri Minta Pemerintah Bantu Tenaga Trampil

id rotan, perajin, industri, Kota Palu

Pelaku Industri Minta Pemerintah Bantu Tenaga Trampil

Rotan siap dijadikan mebel ((ANTARA/Fiqman Sunandar))

"Kalau tenaga ini tersedia, maka Kota Palu benar-benar akan bisa tampil sebagai pusat inovasi rotan nasional dan menjadi penyedia utama produk-produk mebel rotan yang dibutuhkan dan laku di pasar global," kata Jamaluddin.
Palu (antarasulteng.com) - Para pelaku industri rotan di Kota Palu, meminta Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun untuk membantu menyelenggarakan pelatihan bagi tenaga trampil industri rotan dengan pola 'job-training' yakni bekerja sambil berlatih untuk para pemuda/pemudi lokal selama tiga sampai empat bulan baik pada industri mebel rotan di Palu maupun di Jawa.
    
"Pelatihannya jangan hanya satu minggu seperti yang dilakukan selama ini sebab hasilnya tidak maksimal," kata seorang pengrajin rotan Jamaluddin dalam dialog dengan Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun di Palu, Selasa.

Permintaan itu juga dikemukakan dua pelaku industri lainnya yakni Adi Pitoyo dan Syahril.

Mereka mengemukakan bahwa berdasarkan tawaran kemitraan yang diterima dari para eksportir mebel rotan besar di Jawa, Kota Palu ini membutuhkan sedikitnya 800 tenaga trampil pembuat mebel rotan.

"Kalau tenaga ini tersedia, maka Kota Palu benar-benar akan bisa tampil sebagai pusat inovasi rotan nasional dan menjadi penyedia utama produk-produk mebel rotan yang dibutuhkan dan laku di pasar global," kata Jamaluddin.

Terkait permodalan, Jamaluddin mengatakan tidak ada kendala mendasar karena bank-bank terutama Bank Sulteng, siap mengucurkan dana sebesar apapun kalau bisnis rotan ini jelas pasarnya dan ada jaminan kontinuitas produksinya.

Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun mengatakan akan melaporkan usul dan keluhan pengusaha mebel rotan itu kepada Menteri Perindustrian untuk dipertimbangkan.

Alex mengatakan bahwa Indonesia sebagai penghasil rotan terbesar di dunia dan Sulteng sebagai penghasil rotan cukup besar di Indonesia, harus memiliki ahli-ahli di bidang rotan baik desain maupun teknis produksi yang lebih baik dan lebih banyak dibanding negara-negara yang tidak punya rotan.

"Kan lucu kalau kita orang Indonesia harus belajar mengenai rotan di Jerman yang tidak punya rotan," katanya.***