Palu, (Antaranews Sulteng) - Pemerintah dan masyarakat membantu membangun 908 unit hunian sementara (huntara) untuk korban gempa dan likuifaksi di Kelurahan Petobo, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
"Saat ini pembangunan masih dalam proses pengerjaan, termasuk bantuan dari Kementerian PU dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia. Jika masih ada relawan yang membantu membangun kami terima dengan tangan terbuka," ungkap Lurah Kelurahan Petobo Masrun, di Palu, Kamis.
Masrun menguraikan bantuan pembangunan infrastruktur untuk korban bencana tercatat dari Kementerian PUPR sebanyak 500 unit, kemudian PMI 300 unit bangunan, sementara bantuan Huntara dari pemerintah dan masyarakat Provinsi Jawa Tengah sebanyak 108 unit yang di khususkan untuk lansia, janda, dan orang hamil serta keluarga yang sakit.
Kata Masrun, hunian sementara yang dibangun untuk warga kelurahan itu, letaknya dibagian timur lokasi terdampak likuifaksi atau dekat perbatasan antara Kelurahan Petobo, Kota Palu dengan Desa Ngatabaru, Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi.
Baca juga: Ibu korban gempa Petobo belum temukan anaknya
Hunian sementara itu selain berasal dari pemerintah pusat dan daerah, juga merupakan bantuan dari BUMN dan swasta termasuk relawan.
Pembangunan hunian sementara, sebut dia, merupakan upaya untuk pemulihan pascabencana sambil menunggu realisasi hunian tetap dari pemerintah.
"Diperkirakan korban gempa dan likuifaksi Petobo akan tinggal di hunian sementara selama dua tahun," ucap Masrun lagi.
Saat ini Huntara yang berasal dari pemerintah dan masyarakat Jawa Tengah, yang dibangun untuk korban likuifaksi di Petobo telah dapat ditempati.
Sementara huntara dari Kementerian PUPR dibangun di atas lahan seluas satu hektare berbahan baku baja ringan yang dikerjakan puluhan tenaga ahli.
Lanjut Masrun menguraikan data sementara pengungsi Petobo sebanyak 2.300 jiwa dari 579 kepala keluarga, jumlah keseluruhan warga Petobo kurang lebih 13.000 jiwa dari 579 kepala keluarga.
Sebagian korban mengungsi di sejumlah wilayah di Sigi, seperti di Desa Parovo, Loru, Mpanau hingga Pombeve, Kecamatan Biromaru.
Pantauan Antara di Desa Loru, masih banyak warga Petobo yang tetap bertahan atau mengungsi di desa tersebut karena masih trauma dengan gempa dan likuifaksi yang menerpa pada Jumat 28 September 2018.
"Selain masih trauma, kami memilih bertahan karena kami dekat sumber air, kalau tempat pengungsian di Petobo tempatnya gersang belum lagi air bersih terbatas," ucap salah satu korban gempa dan likuifaksi Petobo yang mengungsi di Desa Loru Fatrini (37).
Pemerintah berencana pembangunan perkampungan baru Kelurahan Petobo tetap di wilayah kelurahan tersebut diatas lahan seluas 140 hektare memanjang dari arah utara ke selatan terletak di sebelah timur yang tidak terdampak likuifaksi.
Baca juga: Relawan Parigi Moutong lanjutkan pembangunan huntara di Petobo dan Balaroa
Baca juga: Tim SAR Korea Selatan bantu korban gempa di Petobo
"Saat ini pembangunan masih dalam proses pengerjaan, termasuk bantuan dari Kementerian PU dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia. Jika masih ada relawan yang membantu membangun kami terima dengan tangan terbuka," ungkap Lurah Kelurahan Petobo Masrun, di Palu, Kamis.
Masrun menguraikan bantuan pembangunan infrastruktur untuk korban bencana tercatat dari Kementerian PUPR sebanyak 500 unit, kemudian PMI 300 unit bangunan, sementara bantuan Huntara dari pemerintah dan masyarakat Provinsi Jawa Tengah sebanyak 108 unit yang di khususkan untuk lansia, janda, dan orang hamil serta keluarga yang sakit.
Kata Masrun, hunian sementara yang dibangun untuk warga kelurahan itu, letaknya dibagian timur lokasi terdampak likuifaksi atau dekat perbatasan antara Kelurahan Petobo, Kota Palu dengan Desa Ngatabaru, Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi.
Baca juga: Ibu korban gempa Petobo belum temukan anaknya
Hunian sementara itu selain berasal dari pemerintah pusat dan daerah, juga merupakan bantuan dari BUMN dan swasta termasuk relawan.
Pembangunan hunian sementara, sebut dia, merupakan upaya untuk pemulihan pascabencana sambil menunggu realisasi hunian tetap dari pemerintah.
"Diperkirakan korban gempa dan likuifaksi Petobo akan tinggal di hunian sementara selama dua tahun," ucap Masrun lagi.
Saat ini Huntara yang berasal dari pemerintah dan masyarakat Jawa Tengah, yang dibangun untuk korban likuifaksi di Petobo telah dapat ditempati.
Sementara huntara dari Kementerian PUPR dibangun di atas lahan seluas satu hektare berbahan baku baja ringan yang dikerjakan puluhan tenaga ahli.
Lanjut Masrun menguraikan data sementara pengungsi Petobo sebanyak 2.300 jiwa dari 579 kepala keluarga, jumlah keseluruhan warga Petobo kurang lebih 13.000 jiwa dari 579 kepala keluarga.
Sebagian korban mengungsi di sejumlah wilayah di Sigi, seperti di Desa Parovo, Loru, Mpanau hingga Pombeve, Kecamatan Biromaru.
Pantauan Antara di Desa Loru, masih banyak warga Petobo yang tetap bertahan atau mengungsi di desa tersebut karena masih trauma dengan gempa dan likuifaksi yang menerpa pada Jumat 28 September 2018.
"Selain masih trauma, kami memilih bertahan karena kami dekat sumber air, kalau tempat pengungsian di Petobo tempatnya gersang belum lagi air bersih terbatas," ucap salah satu korban gempa dan likuifaksi Petobo yang mengungsi di Desa Loru Fatrini (37).
Pemerintah berencana pembangunan perkampungan baru Kelurahan Petobo tetap di wilayah kelurahan tersebut diatas lahan seluas 140 hektare memanjang dari arah utara ke selatan terletak di sebelah timur yang tidak terdampak likuifaksi.
Baca juga: Relawan Parigi Moutong lanjutkan pembangunan huntara di Petobo dan Balaroa
Baca juga: Tim SAR Korea Selatan bantu korban gempa di Petobo