Jakarta (ANTARA) - Koleksi busana Indonesia yang dipamerkan pada ajang Africa Fashion Exchange (AFE) ke-19 yang berlangsung di Durban, provinsi Kwazulu Natal, Afrika Selatan berhasil menarik minat masyarakat setempat.
Dua orang perancang busana berbakat dari Indonesia, yakni Nonita Respati dan Dhira Ragasanma, hadir memamerkan koleksi terbaru mereka di ajang Africa Fashion Exchange, menurut keterangan tertulis dari KBRI Pretoria yang diterima di Jakarta, Kamis.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Pretoria dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Cape Town memfasilitasi kedatangan dua perancang busana asal Indonesia dari brand Purana dan NurZahra tersebut untuk berpartisipasi pada seluruh kegiatan.
Konsul Jenderal RI di Cape Town hadir dalam peragaan busana itu bersama Menteri Pengembangan Ekonomi, Pariwisata dan Lingkungan Hidup provinsi Kwazulu Natal (KZN).
Delegasi Indonesia yang hadir dalam kegiatan tersebut setelah diundang langsung oleh Managing Director KZN Fashion Council, Joy Ndlovu, yang juga mengundang para perancang busana Indonesia setelah menyaksikan langsung rancangan busana pada kegiatan "Made in Indonesia: Wonderful Journey to Indonesia Fashion", yang diselenggarakan oleh KJRI Cape Town.
Selama kegiatan Africa Fashion Exchange berlangsung, kedua perancang Indonesia itu menampilkan koleksi kreasi busana khas nusantara dan dipercaya menjadi pembicara pada sesi diskusi panel.
Direktur Kreatif dari Purana, Nonita Respati, berbicara pada diskusi panel dengan topik "Pengaruh Busana dalam Kehidupan Sehari-hari di Kawasan Asia Tenggara".
Nonita menyampaikan beragam informasi terkait pengaruh kearifan lokal dan budaya terhadap kain buatan tangan dan gaya hidup. Selain itu, dia juga menyampaikan beberapa tips bagi para perancang pemula Afrika untuk dapat lebih memperkenalkan kreasi dan menjangkau pasar yang lebih luas.
Keunikan dan karakteristik beragam koleksi yang ditampilkan oleh para perancang busana Indonesia yang berbeda dengan perancang busana Afrika menjadi salah satu daya tarik penyelenggaraan Africa Fashion Exchange.
Purana sebagai salah satu trend setter label busana kontemporer menghadirkan koleksi hybrid outfit di ajang AFE. Purana mengeksplorasi beragam jenis kain buatan tangan termasuk batik, tie dye, shibori, tenun tangan, eco-print dan lukis tangan.
Beragam koleksi yang ditampilkan termasuk diantaranya aksesoris dan topi, jumpsuit, outwear, baju atasan, celana dan gaun yang bersifat multi fungsi.
Busana karya perancang Indonesia dipamerkan pada Africa Fashion Exchange (AFE) ke-19 yang berlangsung di Durban, provinsi Kwazulu Natal, Afrika Selatan. (KBRI Pretoria)
Sementera NurZahra menampilkan koleksi kreasi busana yang dipadukan dengan koleksi tradisional busana Muslim. NurZahra menampilkan koleksi hijab, pashmina, tunik, dan gaun maxi yang berkarakter edgy dan modern.
Kreasi NurZahra menggunakan unsur-unsur klasik batik dengan ide-ide modern dari belahan dunia lain yang menghasilkan sebuah desain baru yang universal.
Dengan mengikuti kegiatan itu, KBRI Pretoria berharap para perancang busana dan pelaku industri kreatif lainnya dari Indonesia dapat terus melebarkan usahanya, menambah eksposur, berbagai hasil kreasi dan memperbanyak kemitraan.
Dukungan dari pemerintah Indonesia, termasuk Perwakilan RI, sebagai mitra dari industri kreatif sangat berguna terutama dengan memberikan informasi yang tepat dan bantuan fasilitas kegiatan untuk para pelaku industri kreatif tanah air.
Perwakilan RI berupaya untuk mendukung ekspansi kreasi anak negeri dengan menghubungkan dan mengembangkan kerja sama dengan para pemangku kepentingan terkait di negara akreditasi.
Dua orang perancang busana berbakat dari Indonesia, yakni Nonita Respati dan Dhira Ragasanma, hadir memamerkan koleksi terbaru mereka di ajang Africa Fashion Exchange, menurut keterangan tertulis dari KBRI Pretoria yang diterima di Jakarta, Kamis.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Pretoria dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Cape Town memfasilitasi kedatangan dua perancang busana asal Indonesia dari brand Purana dan NurZahra tersebut untuk berpartisipasi pada seluruh kegiatan.
Konsul Jenderal RI di Cape Town hadir dalam peragaan busana itu bersama Menteri Pengembangan Ekonomi, Pariwisata dan Lingkungan Hidup provinsi Kwazulu Natal (KZN).
Delegasi Indonesia yang hadir dalam kegiatan tersebut setelah diundang langsung oleh Managing Director KZN Fashion Council, Joy Ndlovu, yang juga mengundang para perancang busana Indonesia setelah menyaksikan langsung rancangan busana pada kegiatan "Made in Indonesia: Wonderful Journey to Indonesia Fashion", yang diselenggarakan oleh KJRI Cape Town.
Selama kegiatan Africa Fashion Exchange berlangsung, kedua perancang Indonesia itu menampilkan koleksi kreasi busana khas nusantara dan dipercaya menjadi pembicara pada sesi diskusi panel.
Direktur Kreatif dari Purana, Nonita Respati, berbicara pada diskusi panel dengan topik "Pengaruh Busana dalam Kehidupan Sehari-hari di Kawasan Asia Tenggara".
Nonita menyampaikan beragam informasi terkait pengaruh kearifan lokal dan budaya terhadap kain buatan tangan dan gaya hidup. Selain itu, dia juga menyampaikan beberapa tips bagi para perancang pemula Afrika untuk dapat lebih memperkenalkan kreasi dan menjangkau pasar yang lebih luas.
Keunikan dan karakteristik beragam koleksi yang ditampilkan oleh para perancang busana Indonesia yang berbeda dengan perancang busana Afrika menjadi salah satu daya tarik penyelenggaraan Africa Fashion Exchange.
Purana sebagai salah satu trend setter label busana kontemporer menghadirkan koleksi hybrid outfit di ajang AFE. Purana mengeksplorasi beragam jenis kain buatan tangan termasuk batik, tie dye, shibori, tenun tangan, eco-print dan lukis tangan.
Beragam koleksi yang ditampilkan termasuk diantaranya aksesoris dan topi, jumpsuit, outwear, baju atasan, celana dan gaun yang bersifat multi fungsi.
Sementera NurZahra menampilkan koleksi kreasi busana yang dipadukan dengan koleksi tradisional busana Muslim. NurZahra menampilkan koleksi hijab, pashmina, tunik, dan gaun maxi yang berkarakter edgy dan modern.
Kreasi NurZahra menggunakan unsur-unsur klasik batik dengan ide-ide modern dari belahan dunia lain yang menghasilkan sebuah desain baru yang universal.
Dengan mengikuti kegiatan itu, KBRI Pretoria berharap para perancang busana dan pelaku industri kreatif lainnya dari Indonesia dapat terus melebarkan usahanya, menambah eksposur, berbagai hasil kreasi dan memperbanyak kemitraan.
Dukungan dari pemerintah Indonesia, termasuk Perwakilan RI, sebagai mitra dari industri kreatif sangat berguna terutama dengan memberikan informasi yang tepat dan bantuan fasilitas kegiatan untuk para pelaku industri kreatif tanah air.
Perwakilan RI berupaya untuk mendukung ekspansi kreasi anak negeri dengan menghubungkan dan mengembangkan kerja sama dengan para pemangku kepentingan terkait di negara akreditasi.