23 pasien dalam pengawasan COVID-19 di Jabar dinyatakan negatif

id Ridwan Kamil, Pasien Dalam Pengawasan Virus Corona, Wabah Covid-19

23 pasien dalam pengawasan COVID-19 di Jabar dinyatakan negatif

Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil atau Emil seusai memimpin Rapat Pimpinan Tentang Penanganan Kebencanaan dan Pencegahan Virus Covid-19 di Gedung Sate Bandung, Selasa (3/3/2020). (ANTARA/Ajat Sudrajat)

Bandung (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil menyatakan ada 23 pasien dalam pengawasan virus corona atau COVID-19 di Provinsi Jabar dan berdasarkan hasil uji sampel cairan tubuh di Balitbangkes RI mereka dinyatakan negatif.

"Per hari ini bahwa tidak ada penambahan informasi ke kami pasien yang menjadi positif terdampak COVID-19. Ada 23 pasien dalam pengawasan negatif alhamdulillah. Yang positif hanya yang kemarin dilaporkan oleh Pak Presiden kepada publik," kata Ridwan Kamil seusai memimpin Rapat Pimpinan Tentang Penanganan Kebencanaan dan Pencegahan Virus COVID -19 di Gedung Sate Bandung, Selasa.

Pada kesempatan tersebut, Kang Emil melaporkan per hari ini sudah dibentuk Jabar COVID-19 Crisis Center.

"Itu tempatnya ada di command center kami (di Komplek Gedung Sate). Ketuanya dipimpin saya sebagai gubernur, ketua harian pak sekda, sekretarisnya kadinkes, bawahnya ada elemen kemuspidaan, kesehatan dan yang jadi anggota," kata dia.



Dia mengatakan crisis center COVID-19 ini juga akan hadir di 27 kabupaten/kota di Provinsi Jabar.

"Di Depok sudah, karena saya perintah lisan semalam. Tugas crisis center satu-satunya tempat untuk mengkonfirmasi semua apapun yang terkait COVID-19 di Jabar," kata dia.

Kang Emil juta meminta kepada media massa jika mendapatkan informasi terkait berita COVID-19 afar dikonfirmasi ke Crisis Center COVID-19 Jabar untuk memastikan informasinya valid atau tidak.

"Karena hari ini kita harus menjaga kondusivitas dari masyarakat yang tentunya membutuhkan informasi valid," kata dia.

Orang nomor satu di Provinsi Jabar ini meminta masyarakat untuk memahami fungsi masker yakni masker digunakan untuk orang sakit atau tenaga medis yang menangani orang sakit.

"Yang mengemuka hari ini warga yang sehat tidak perlu memakai masker. Sesuai dengan rujukan WHO. WHO menyampaikan masker hanya dipakai oleh orang yang sakit atau merawat sakit pernafasan atau mereka yang bekerja di daerah atau unit yang banyak orang sakit," kata dia.

Di luar kriteria tadi, lanjut Kang Emil, WHO tak menyarankan memakai masker dan bahkan ada penelitian kalau salah menggunakan masker akan meningkatkan risiko keterpaparan.