Wall Street turun tajam, Dow ditutup di bawah level psikologis 20.000

id Wall Street,indeks S&P 500,indeks Dow,indeks Nasdaq

Wall Street turun tajam, Dow ditutup di bawah level psikologis 20.000

Wall Street jatuh, Dow mengonfirmasi pasar 'bearish'

New York (ANTARA) - Wall Street mengakhiri sesi bergejolak pada perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB) dengan penurunan tajam, ketika penjualan panik berlanjut di pasar saham Amerika Serikat di tengah meningkatnya ketakutan akan COVID-19.

Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 1.338,46 poin atau 6,30 persen menjadi 19.898,92, menandai penutupan pertama di bawah 20.000 sejak Februari 2017. Indeks 30-saham unnggulan terpangkas lebih dari 2.300 poin pada posisi terendah sesi.

Indeks S&P 500 jatuh 131,09 poin atau 5,18 persen menjadi berakhir pada 2.398,10 poin. Indeks Komposit Nasdaq juga merosot 344,94 poin atau 4,70 persen, menjadi ditutup di 6.989,84 poin.



Saham raksasa energi AS Chevron terperosok sekitar 22 persen, memimpin penurunan Dow. Diikuti oleh saham Boeing yang merosot 17,9 persen, menyeret pasar jauh lebih rendah.

Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir lebih rendah, dengan sektor energi terpuruk 14,28 persen, mewakili kelompok berkinerja terburuk.

S&P 500 jatuh tujuh persen pada sore hari, memicu pemutus sirkuit utama yang menghentikan perdagangan selama 15 menit. Ini adalah kedua kali minggu ini bahwa pemutus sirkuit terjadi dan keempat kalinya sejak minggu lalu.

Kemerosotan pada Rabu (18/3/2020) terjadi meskipun Washington merencanakan stimulus besar-besaran untuk melawan dampak virus segera diluncurkan.

Gedung Putih sedang mencari paket stimulus senilai 1,2 triliun dolar AS dalam pengeluaran, termasuk pembayaran langsung kepada warga Amerika, untuk melindungi ekonomi AS dari kejatuhan akibat virus corona, media lokal melaporkan Selasa (17/3/2020).

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin memberikan cek senilai 250 miliar dolar untuk dikirim pada akhir April dengan rencana cek kedua senilai total 500 miliar dolar empat minggu kemudian jika masih ada keadaan darurat nasional, Bloomberg mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.



Presiden Donald Trump mengatakan pada Senin (16/3/2020) bahwa ekonomi AS "mungkin" menuju resesi dan bahwa wabah COVID-19 dapat berlangsung selama berbulan-bulan.

Federal Reserve pada Minggu (15/3/2020) memangkas suku bunga acuannya menjadi persentase penuh mendekati nol dan berjanji untuk meningkatkan kepemilikan obligasi setidaknya 700 miliar dolar di tengah meningkatnya kekhawatiran atas wabah COVID-19.