Ekonom: Penanganan COVID-19 jadi perhatian investor

id Indef,COVID-19,Investor

Ekonom: Penanganan COVID-19 jadi perhatian investor

Dokumentasi - Ekonom senior lembaga kajian ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri di Jakarta, Jumat (6/3/2020). (ANTARA/ Zubi Mahrofi)

Investor dan pasar akan bereaksi positif jika pemerintah dinilai mampu menghadapi tantangan saat ini, yakni COVID-19. Bagaimana kita sigap, bisa dilihat dari kinerja pasar keuangan
Jakarta (ANTARA) - Ekonom senior lembaga kajian ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menilai bahwa penanganan wabah COVID-19 oleh pemerintah menjadi perhatian investor.

"Investor dan pasar akan bereaksi positif jika pemerintah dinilai mampu menghadapi tantangan saat ini, yakni COVID-19. Bagaimana kita sigap, bisa dilihat dari kinerja pasar keuangan," ujar Faisal Basri melalui siaran di akun instagram Indef, Jumat.

Maka itu, lanjut dia, pemerintah harus dapat membangun kepercayaan investor karena hal itu menjadi modal untuk menjaga stabilitas pasar keuangan di dalam negeri.

"Bangun kepercayaan investor sehingga asing tidak keluar," ucapnya.

Bank Indonesia mencatat total aliran modal asing keluar dari Indonesia hingga Maret tahun 2020 mencapai Rp125,2 triliun sebagai imbas menghadapi penyebaran COVID-19.

Tidak hanya kepercayaan investor asing, lanjut dia, kepercayaan investor lokal juga harus dibangun agar pasar keuangan nasional menjadi seimbang.

"Indeks harga saham gabungan (IHSG) mulai naik, investor asing mulai mencatatkan beli. Namun lokal melepas, artinya belum ada kepercayaan dari lokal. Jadi, selain merawat asing, jaga kepercayaan lokal," katanya.

Terlepas hal itu, Faisal Basri mengatakan, yang paling penting saat ini adalah mendorong masyarakat untuk disiplin agar tetap berada di dalam rumah.

Saat ini, lanjut dia, pemerintah harus dapat membangun solidaritas antar masyarakat karena hal itu menjadi modal penting bagi Indonesia melawan pandemi COVID-19.

"Sensitivitas masyarakat dan solidaritas tinggi menjadi modal penting menangani COVID-19, karena jumlah dokter dan APD (alat pelindung diri) kita terbatas," ujar Faisal Basri.

Ia mengemukakan Indonesia harus dapat membentuk kurva secara landai. Artinya tingkat pasien positif COVID-19 jangan sampai melebihi kapasitas rumah sakit rujukan COVID-19.

Maka dari itu, lanjut dia, penting untuk menekan laju penambahan kasus baru sehingga tidak melebihi kapasitas rumah sakit COVID-19 agar dapat ditangani oleh tenaga medis.

"Kita harapkan kurva serendah mungkin. Jangan biarkan pemerintah berjalan sendiri menangani COVID-19," ucapnya.

Baca juga: Ekonom: solidaritas modal penting lawan pandemi COVID-19
Baca juga: Indef: Status negara maju akan berdampak pada kenaikan bea masuk produk RI