Bulog: Sulteng Belum Terima Kedelai Impor

id kedelai

Bulog: Sulteng Belum Terima Kedelai Impor

Illustrasi: Petani sedang membersihkan biji kedelai (ANTARANews)

Palu, (Antarasulteng.com) - Kepala Perum Bulog Sulawesi Tengah Damin Hartono di Palu mengatakan bahwa pihaknya hingga kini belum menerima pasokan kedelai impor.

"Sampai hari ini Sulteng belum mendapatkan jatah kedelai impor seperti yang ada di daerah-daerah lain, terutama di Pulau Jawa," katanya di Palu, Senin.

Kebanyakan kedelai impor yang didatangkan pemerintah dilempar ke pasar-pasar yang ada di Pulau Jawa guna menstabilkan gejolak harga kedelai.

Sementara di Kota Palu, meski rata-rata perajin mengunakan kedelai impor, tetapi belum pernah mendapat jatah kedelai impor dari pemerintah pusat.

Kedelai impor yang dibeli para perajin tahu dan tempe di Palu langsung diperoleh dari distributor-distributor setempat.

Distributor di Palu membeli kedelai impor dari Surabaya, tentu dengan harga yang cukup mahal. "Jadi tidak heran kalau harga kedelai impor di Palu juga mahal karena memang distributor setempat membelinya di Surabaya," katanya.

Seperti halnya di daerah lain, para perajin tahu dan tempe di Palu juga enggan menggunakan kedelai produksi lokal.

Kedelai lokal bukan untuk konsumsi perajin tahu dan tempe, tetapi masyarakat umum.

Bulog Sulteng siap saja melakukan operasi stabilisasi pasar khusus kedelai, kalau memang mendapat alokasi jatah impor.

"Tapi sampai sekarang ini, Bulog Sulteng tidak mendapatkan alokasi jatah kedelai impor," ujarnya.

Sementara Kepala Badan Ketahanan Pangan Sulteng Abdullah Kawulusan mengatakan sebenarnya daerah ini tidak kekurangan kedelai.

Produksi kedelai lokal mencukupi kebutuhan masyarakat. Hanya saja untuk bahan baku tempe dan tahu, perajin selama ini menggunakan kedelai impor.

Menurut dia, jika kedelai impor tidak ada, otomatis perajin mau tidak mau pasti menggunakan kedelai lokal.

Karena itu yang perlu dilakukan pemerintah bagaimana mendorong petani untuk mengembangkan kedelai dengan memperbaiki kualitasnya sehingga tidak kalah dengan kedelai impor.

Kalau kualitasnya bisa bersaing, maka kedelai dalam negeri akan laku kieras di pasaran dan pada akhirnya pendapatan dan penghasilan petani akan semakin lebih baik.

"Yang penting bagi petani bagaimana pemerintah menjamin pasar. Kalau pasarnya sudah jelas maka mereka akan bergairah menanam kedelai," katanya.

Dengan dipercayakannya Bulog oleh pemerintah untuk menangangi kadelai, menurutnya suatu langkah yang sangat positif dan tetap serta pula mengembirakan bagi petani kedelai di daerah-daerah, termasuk di Sulteng yang memang sangat cocok untuk mengembangkan komoditi pangan tersebut.

Sulteng selain tanahnya, subur juga didukung dengan kondisi iklim yang memadai untuk pengembangan kedelai.(BK03)