WNI di Filipina berdiskusi virtual soal kondisi kesehatan di tengah "lockdown"

id wni,filipina,lockdown,ECQ,corona,covid-19,kbri manila

WNI di Filipina berdiskusi virtual soal kondisi kesehatan di tengah "lockdown"

Diskusi virtual WNI di Filipina melalui aplikasi Zoom mengenai kesehatan, di tengah Enhanced Community Quarantine (ECQ) pada Sabtu (11/4/2020). (ANTARA/HO-KBRI Manila)

Dokter Pramanta menekankan pentingnya seluruh WNI menjaga kesehatan dan mematuhi peraturan Pemerintah Filipina dalam menangani COVID-19, serta berharap kondisi seperti ini dapat segera dilalui dengan baik
Jakarta (ANTARA) - Warga Negara Indonesia (WNI) di Filipina mengikuti diskusi virtual mengenai kesehatan pada masa pandemi COVID-19 yang digelar oleh Indonesia Diaspora Network (IDN) Manila dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Manila pada Sabtu (11/4) sore.

Melalui aplikasi Zoom, sebanyak 45 WNI melakukan "tatap muka" untuk membahas kondisi mereka di tengah karantina sosial, Enhanced Community Quarantine (ECQ), yang berlaku di pulau Luzon, termasuk wilayah ibu kota Metro Manila.

Dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu, KBRI Manila menyebut bahwa diskusi tersebut diisi dengan sesi pemaparan dan tanya jawab bersama WNI spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit St Lukes, Kota Quezon, dr. Pramanta.

"Dokter Pramanta menekankan pentingnya seluruh WNI menjaga kesehatan dan mematuhi peraturan Pemerintah Filipina dalam menangani COVID-19, serta berharap kondisi seperti ini dapat segera dilalui dengan baik," tulis KBRI Manila.

Filipina melaporkan sejumlah 4.648 kasus positif COVID-19 dengan 297 kasus kematian di wilayahnya per 12 April, menurut data yang disajikan situs worldometers.info.

Kementerian Luar Negeri RI, hingga catatan waktu yang sama, mengonfirmasi bahwa ada satu WNI yang terjangkit virus corona di Filipina dan saat ini berada dalam keadaan yang stabil.

Sementara itu dalam diskusi virtual tersebut, Wakil Kepala Perwakilan KBRI Manila Widya Rahmanto menjelaskan penanganan WNI terdampak COVID-19, termasuk tentang 30 WNI Jemaah Tabligh yang masih menunggu penerbangan pulang ke Indonesia.

"Serta bagaimana KBRI memfasilitasi komunikasi antara 65 WNI di Provinsi Batangas dengan perusahaan tempat mereka bekerja," tulis KBRI.