Kupang - Komandan Pangkalan Utama TNI-AL (Danlantamal) VII/Kupang Laksma (TNI) Karma Suta mengatakan kedudukan pangkalan TNI-AL sebagai ujung tombak pertahanan matra laut di bagian timur Indonesia, memiliki permasalahan kemaritiman yang beragam dan kompleks.
"Beragam dan kompleksnya permasalahan itu antara lain, penangkapan ikan secara ilegal, penggunaan bahan peledak yang dapat merusak terumbu karang, penyelundupan barang dan orang, senjata api, hewan yang dilindungi, serta konflik sosial," katanya di Kupang, Rabu.
Ia mengatakan hal itu pada kesempatan silaturahmi dan salam pisah kenal Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang dari Kolonel (Inf) Edison Napitupulu kepada penggantinya Brigjen (TNI) Ferdinand Setiawan.
Menurut dia, situasi yang dihadapi tersebut telah menjadikan laut sebagai media infiltrasi dan ekstraksi aksi kejahatan hingga tingginya risiko kecelakaan di laut, akibat minimnya sarana bantu keselamatan dan navigasi.
"Banyak celah di perairan Flores, dari arah utara Sulawesi dan barat Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) serta dari timur negara Timor Leste, sangat memungkinkan mejadi jalur imigran gelap dengan tujuan Australia," katanya.
Karena itu, sikap waspada dengan senantiasi melakukan antisipasi melalui koordinasi antarinstansi terkait dan pembinaan dengan mengedepankan langkah persuasif sangat dibutuhkan seperti melaksanakan pengawasan yang optimal dengan menjadikan pos pengamat TNI-AL sebagai mata dan telinga penting dilakukan.
Pos pengamat TNI-AL sebagai mata dan telinga bagi pelaksanaan tugas operasi keamanan laut (Kamla) yang dilaksanakan unsur KRI maupun KAL harus dioptimalkan sesuai dengan keadaan, sehingga benar-benar berfungsi.
"Semua fasilitas dan sarana prasarana terutama armada saat ini cukup siap dalam mendukung program operasional pengamanan wilayah perairan antara Indonesia, Timor Leste dan Australia," katanya.
Ia menambahkan seringnya wilayah perairan timur Indonesia rawan terhadap konflik, karena perairan NTT dan sekitarnya kaya akan sumber daya alam yang sangat besar, terutama di sektor perikanan dan wisata kebaharian.
Suta mengatakan dalam pengelolaan sumber daya itu dibutuhkan jaminan keamanan yang memadai, sehingga memberikan dukungan logistik operasional unsur-unsur TNI-AL yang beroperasi di Laut Sawu, Laut Banda dan Laut Flores yang merupakan lintasan ALKI III, serta berbatasan langsung dengan Republik Democratic Timor Leste (RDTL).
Wilayah perairan NTT mempunyai unggulan wisata berupa hewan purba Komodo yang sudah ditetapkan Yayasan "New7 Wonder" sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia pada Mei 2012, sehingga TNI-AL di Lantamal VII/Kupang harus ikut mengamankan binatang raksasa itu, termasuk harus menjaga dan melestarikan taman konservasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan bekerja sama dan berkoordiansi dengan instansi pemerintah terkait lainnya, demikian Laksma Karma Suta. (pso-084)
Berita Terkait
BMKG prakirakan cuaca cukup kondusif dominan hujan ringan
Kamis, 28 Maret 2024 6:54 Wib
KMP-Dolosi disiapkan layani pelayaran mudik lebaran
Senin, 25 Maret 2024 21:58 Wib
BMKG dorong pakar kebumian kaji potensi gempa bumi di Laut Jawa
Minggu, 24 Maret 2024 9:38 Wib
Menko Polhukam: Satuan TNI terintegrasi diperkuat demi antisipasi konflik di LCS
Rabu, 20 Maret 2024 8:17 Wib
Tim SAR evakuasi lima penumpang perahu motor mati mesin di Banggai Laut
Selasa, 19 Maret 2024 20:39 Wib
Pendaftaran mudik gratis di Palu
Selasa, 19 Maret 2024 20:01 Wib
Pemkab Parimo: Pengelolan darat dan laut terintegrasi perlu untuk pembangunan
Jumat, 15 Maret 2024 3:22 Wib
Lima kru kapal yang tenggelam di Laut Banda dilaporkan selamat
Kamis, 14 Maret 2024 8:49 Wib