Ketua MAI Luncurkan Budidaya Udang Supra Intensif

id udang, tambak, vanamei

Ketua MAI Luncurkan Budidaya Udang Supra Intensif

Wakil Gubernur Sulawesi Tengah, Soedarto (nomor 4 dari kanan) berfoto usai peluncuran budidaya udang vanamei supra intensif di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. (FOTO ANTARA/Rolex Malaha)

Kita masih akan panen satu kali lagi dalam siklus kelima ini dan dengan naiknya harga udang dua kali lipat dewasa ini, maka panen berikut dalam waktu dekat ini, nilai produksi diperkirakan mencapai dua kali lipat dari hasil yang sudah dicapai," ujarn
Barru, Sulsel, 19/10 (Antara) - Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Rokhmin Dahuri meluncurkan penerapan sistem budidaya udang vanamei supra intensif Indonesia di lokasi pertambakan udang CV Dewi Windu di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, sekitar 150 km utara Makassar, Sabtu.

Acara peluncuran dihadiri Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Soedarto, Bupati Buol Amiruddin Rauf, sejumlah pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan serta para pengusaha tambak udang anggota Shrimp Club Indonesia (SCI / Klub Udang Indonesia) Indonesia timur.

Sistem budidaya surpa intensif ini ditemukan dan telah diujicoba oleh CV Dewi Windu milik Ketua SCI wilayah Indonesia bagian timur Hasanuddin Atjo sejak 2011 pada areal sekitar 1.100 meter persegi.

"Hasilnya cukup menakjubkan yakni mencapai 15,3 ton atau 153 ton per hektare, dan tercatat sebagai angka produktivitas tertinggi tambak udang di dunia saat ini," kata Hasanuddin Atjo kepada pers sebelum acara dimulai.

Ia menjelaskan sistem ini adalah penerapan secara intensif lima subsistem budidaya yakni penggunaan benih bermutu, pengendalian kesehatan dan lingkungan, standarisasi sarana dan prasarana yan digunakan, penggunaan teknologi serta manajemen usaha.

"Kelima subsistem ini diimplementasikan secara intensif dan konsisten," ujar Hasanuddin yang juga Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah tersebut.

Dalam areal tambak yang dikembangkannya, ia menerapkan secara ketat penebaran benih, pengaturan ketinggian air, pemberian pakan secara otomatis (automatic feeder), penggunaan central drain (teknologi pembersihan limbah di tengah tambak), penggunaan kincir yang ideal serta mesin pemompa oksigen (blower) hingga pelaksanaan panen secara parsial.

Sejak diterapkan pada awal 2011, kata Atjo, sampai saat ini, lokasi uji coba sistem budidaya udang vanamei supra intensif ini telah melewati empat periode budidaya dengan tren produksi yang terus meningkat.

"Sekarang kami sedang dalam proses budidaya tahap kelima dengan areal implementasi ditambah pada satu kolam baru berukuran 1.200 meter persegi sehingga total areal implementasi kini mencapai 2.200 meter persegi," ujarnya.

Hingga siklus kelima ini, kata Atjo, ia sudah mengeluarkan dana investasi dan modal kerja sekitar Rp817 juta sedangkan nilai produksi (untuk empat siklus budidaya) sudah mencapai Rp710 juta.

"Kita masih akan panen satu kali lagi dalam siklus kelima ini dan dengan naiknya harga udang dua kali lipat dewasa ini, maka panen berikut dalam waktu dekat ini, nilai produksi diperkirakan mencapai dua kali lipat dari hasil yang sudah dicapai," ujarnya.

Hasanuddin Atjo menambahkan bahwa keuntungan budidaya supra intensif udang vanamei ini dapat mencapai Rp380 juta/siklus produksi untuk setiap tambak seluas 1.000 m2.

Ketua MAI Rokhmin Dahuri mengemukakan bahwa budidaya udang supra intensif secara terkendali dan terintegrasi akan mampu meningkatkan produksi udang secara nasional sebesar 300.000 ton per tahun dari produksi dewasa ini sekitar 550.000 ton/tahun.

"Ini tentu berdampak sangat positif terhadap penghasilan devisa, penyerapan tenaga kerja dan bermuara pada percepatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat," ujar mantan Menteri Kelautan dan Perikanan tersebut.