BI: perekonomian Sulteng triwulan I 2020 menurun

id Pasigala ,Sulteng ,BI,BI Sulteng ,Sandi ,Ekonomi

BI: perekonomian Sulteng triwulan I 2020 menurun

Suasana lengang di blok penjualan pakaian Pasar Tradisional Masomba Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (26/3/2020). Pasar tradisional tersebut sepi dari pengunjung setelah pemerintah mengumumkan masuknya Virus Corona ke wilayah Indonesia dan dilakukannya pembatasan bagi warga untuk berkumpul dan berada di tempat ramai. ANTARAFOTO/Basri Marzuki/hp.

Palu (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mencatat perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah triwulan I tahun 2020 mengalami penurunan drastis menjadi hanya 4,91 persen secara tahunan atau year on year (yoy) jika dibandingkan triwulan sebelumnya.



"Sesuai dengan proyeksi BI, pertumbuhan ekonomi Sulteng pada periode laporan cenderung melambat apabila dibandingkan dengan triwulan IV 2019 yang tumbuh sebesar 9,59 persen (yoy) maupun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni 6,54 persen (yoy),"kata Kepala Kantor Perwakilan BI Sulteng, Abdul Majid Ikram dalam keterangan tertulis nya di Palu, Sabtu.



Ia menjelaskan melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulteng disebabkan oleh sejumlah hal, antara lain pertumbuhan sektor pertanian yang terkontraksi, juga di sektor pertambangan dan konstruksi.



Sedangkan dari sisi pengeluaran, kinerja konsumsi rumah tangga (RT) dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami perlambatan serta perdagangan antar provinsi yang mengalami net impor cukup dalam bila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.



"Konsumsi RT hanya tumbuh 2,72 persen (yoy) dari triwulan sebelumnya 9,07 persen (yoy). Sesuai polanya, RT biasanya melakukan penyesuaian konsumsi setelah libur natal dan tahun baru. Selain itu, kinerja konsumsi RT di Sulteng juga sedikit terdampak pademi COVID-19 yang terindikasi dari adanya beberapa jumlah tenaga kerja yang dirumahkan dan di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja,"jelasnya.



Sementara PMTB, lanjut Majid, hanya tumbuh 4,20 persen (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 41,01 persen (yoy). Hal ini disebabkan oleh beberapa rencana investasi strategis mengalami penundaan akibat isu COVID-19.



Sementara itu, pertumbuhan net impor antar provinsi tumbuh tinggi hingga 133,85 persen (yoy). Disisi lain, kinerja ekspor Sulteng masih tumbuh tinggi hingga 22,04 persen (yoy) yang didorong oleh tingginya ekspor hilirisasi nikel dan gas.



Sementara itu, impor tumbuh sesuai perkiraan yakni terkontraksi -35,22 persen (yoy) seiring tertahannya beberapa rencana investasi strategis Sulteng.



"Dari sisi sektoral, perlambatan disebabkan oleh kinerja sektor pertanian, pertambangan dan konstruksi. Sektor pertanian tumbuh -0,97 persen (yoy). Sektor ini memiliki pangsa terbesar dalam PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Sulteng yakni 25,71 persen sehingga memiliki andil besar jika mengalami kontraksi,"terangnya.



Menurutnya, sektor tersebut mengalami perlambatan akibat menurunnya kinerja subsektor perkebunan yang terdampak dari menurunnya harga kakao dan minyak kelapa sawit.



Sementara itu, perlambatan kinerja sektor pertambangan dipengaruhi oleh harga penurunan harga nikel dan mulai berlakunya pelarangan ekspor nickel ore.



"Sementara sektor konstruksi melambat disebabkan tertundanya beberapa proyek swasta maupun pemerintah akibat COVID-19,"tambahnya.



Di sisi lain, sambungnya, sektor industri pengolahan tumbuh tinggi hingga 16,11 persen (yoy) didorong utamanya oleh optimalisasi kapasitas 2 smelter nickel pig iron baru di Kabupaten Morowali.