Menteri PUPR: Progress Tol Ujung Pandang Seksi 3 telah capai 85 persen

id Tol ujung pandang seksi 3,Progress,85 persen

Menteri PUPR: Progress Tol Ujung Pandang Seksi 3 telah capai 85 persen

Ground Breaking Tol Layang AP Pettarani Menteri Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono (tengah) didampingi Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo (kanan), dan Direktur Utama PT Bosowa Marga Nusantara Anwar Toha (kedua kiri) melihat maket rancangan pembangunan tol layang AP Pettarani saat peletakan batu pertama (Groundbreaking), Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (19/10/2017). Tol layang tersebut merupakan penambahan lingkup jalan tol Ujung Pandang seksi 3 yang dibangun di atas jalan nasional sepanjang 4,3 kilometer dengan nilai investasi sebesar Rp2 triliun yang menggunakan teknologi kantilever (double decker). (ANTARA FOTO/Dewi Fajriani)

Dengan progress saat ini 85 persen, saya berharap, konstruksi dapat selesai tepat waktu dan tol layang dapat dioperasikan pada September 2020

Jakarta (ANTARA) - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa kemajuan (progress) secara fisik pembangunan Jalan Tol Ujung Pandang Seksi 3 atau dikenal dengan Jalan Tol Layang Jalan Andi Pangeran (AP) Pettarani telah mencapai 85 persen.

Basuki menilai pembangunan konstruksi sudah memasuki tahap akhir, yakni pemasangan span terakhir pekerjaan balok jembatan (erection box girder).

"Dengan progress saat ini 85 persen, saya berharap, konstruksi dapat selesai tepat waktu dan tol layang dapat dioperasikan pada September 2020," kata Menteri Basuki dalam siaran pers Kementerian PUPR yang diterima di Jakarta, Senini.

Pembangunan tol layang sepanjang 4,3 kilometer tersebut dikatakan akan mengurangi kemacetan lalu lintas di Kota Makassar dan mendukung jalur logistik yang menghubungkan pusat Kota Makassar dengan Pelabuhan Petikemas Soekarno Hatta Makassar dan Bandara Sultan Hasanuddin.

Untuk itu, Basuki menyampaikan apresiasi atas peran aktif Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kota Makassar dalam pembangunan jalan tol layang pertama di Indonesia Timur itu.

"Saya sangat menghargai apa yang disampaikan Gubernur Sulawesi Selatan. Kita bisa bekerja sama lebih erat karena Pemerintah Pusat datang mendukung inisiatif Pemerintah Daerah, bukan sebaliknya. Kalau kami berada di depan, bapak-bapak di daerah hanya akan menjadi peserta," kata Menteri Basuki.

Apresiasi juga disampaikan Menteri Basuki kepada kontraktor pelaksana atas inovasi konstruksi pembangunan jalan tol layang dengan menggunakan metode Span-by-Span dengan Launcher Gantry yang terbukti dapat mempercepat pelaksanaan konstruksi, meminimalkan gangguan lalu-lintas jalan arteri yang sangat padat tanpa kecelakaan konstruksi, serta meningkatkan mutu pelaksanaan konstruksi.

"Saya ingin sampaikan apresiasi untuk sekecil apapun inovasi dalam pembangunan jalan layang ini. Saya memberikan tantangan untuk berbagai inovasi yang bisa dibanggakan dan saya akan berikan hadiah satu bulan DOM (Dana Operasi Menteri) kepada inovator tersebut," kata Menteri Basuki.

Saat mengikuti rapat virtual progress pembangunan Jalan Tol Layang AP Pettarani Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (17/3), Menteri Basuki berpesan pembangunan konstruksi Tol Layang AP Pettarani harus baik dan berkualitas, sehingga memberikan kenyamanan kepada pengguna tol.

"Pemakaian Lead Rubber Bearing (LRB) dan Modular Expansion Joint harus dapat mengakomodasi gempa dengan periode ulang 1.000 tahun. Saya berharap betul bahwa tol ini kualitasnya lebih baik dari Jakarta-Cikampek yang awalnya kurang nyaman karena kualitas konstruksi sambungannya," tutur Menteri Basuki.

Selain itu, Menteri Basuki juga berpesan agar konstruksi Tol Layang tersebut harus tetap memperhatikan keserasian arsitektur bangunan dan lanskap sekitarnya, sehingga bisa menjadi ikon baru di Kota Makassar.

Proyek Tol Layang AP Pettarani dibangun dengan biaya investasi sebesar Rp 2,24 triliun. Konstruksi jalan tol layang terdiri dari 74 pier pada jalan utama, 55 pier pada ramp dengan jumlah box girder sebanyak 2.752 boks dan 78 PCU girder. Pembangunannya telah mulai dilaksanakan sejak April 2018.
 

Jalan tol layang dibangun di atas Jalan Nasional AP Pettarani sehingga bisa berjalan lebih cepat tanpa pembebasan lahan. Ruas ini akan melengkapi ruas tol yang sudah ada pada Seksi I, II dan IV yang akan beroperasi dengan sistem terbuka sepanjang 10,4 Kilometer dengan jumlah lajur jalan 2 x 2, lebar 3,50 meter, dan memiliki dua on-off ramp yaitu di Boulevard dan Alauddin.

Pada kesempatan tersebut, Menteri Basuki juga menekankan pentingnya penggunaan komponen produk dalam negeri dalam rangka menjaga roda ekonomi nasional di tengah pandemi COVID-19.

"Sebelum muncul kampanye bangga buatan Indonesia, saya sudah berpesan keras sekali untuk kita bisa memanfaatkan produksi dalam negeri di proyek-proyek PUPR. Bahkan saya minta Inspektorat Jenderal untuk memeriksa Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam auditnya. Kalau tidak dibuat oleh produsen nasional, minimal pabriknya ada di Indonesia, sehingga tidak perlu impor dagang," ujar Menteri Basuki

Sementara itu Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit menambahkan, pembangunan Jalan Tol Layang AP Pettarani di Kota Makassar dilakukan sebagai upaya untuk mengurai kemacetan lalu lintas, sekaligus berperan sebagai upaya meningkatkan konektivitas dan pemerataan pembangunan jalan tol di Indonesia yang lebih maju dan sejahtera, khususnya di wilayah Indonesia Timur.

"Untuk pekerjaan konstruksi tetap berjalan sesuai dengan protokol COVID-19. Juga pelaksanaan kerja konstruksi yang menjamin para pekerja untuk tetap memperoleh penghasilan, sehingga tetap memiliki daya beli untuk memutar perekonomian, dan tidak harus mudik serta tidak kehilangan pekerjaan," ujar Danang.

Selama masa pandemi COVID-19, pembangunan tol layang dilaksanakan dengan mengacu pada Instruksi Menteri PUPR No.2 tahun 2020 tentang Protokol Pencegahan Penyebaran COVID-19 dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, seperti rajin cuci tangan, menjaga jarak aman (physical distancing), penggunaan alat pelindung diri, masker, hingga pemberian nutrisi dan suplemen vitamin yang memadai kepada pekerja di lapangan sehingga tidak ada pekerja konstruksi yang positif COVID-19.