LPPI nilai BI masih bisa turunkan suku bunga acuan 50 bps

id Suku bunga acuan,Bank indonesia,LPPI

LPPI nilai BI masih bisa turunkan suku bunga acuan 50 bps

Ilustrasi-Perumahan di Soloraya. REI berharap penurunan suku bunga acuan mampu mendongkrak penjualan rumah komersial (Foto: Aris Wasita)

Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Lembaga Perkembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Mirza Adityaswara menilai Bank Indonesia (BI) masih mempunyai ruang untuk menurunkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebanyak 50 basis point (bps).

“BI masih punya ruang turunkan suku bunga acuan 50 bps lagi,” katanya dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa.

Mirza mengatakan pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral dapat dilakukan dengan melihat tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini.

“Kalau mau turunkan bunga pasti lihat masih ada positif riil interested rate apa enggak yaitu antara BI rate dan inflasi karena kalau enggak positif maka dianggap menanamkan uang di rupiah itu tidak benefit akibat termakan inflasi,” katanya.

Ia menjelaskan jika suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate berada di 4,5 persen sedangkan inflasi di kisaran 2,5 persen sampai 3 persen serta ekonomi terus melambat, maka masih terdapat positive real policy rate 1,5 persen sehingga BI dapat memanfaatkannya.

“Jika ekonomi terus melambat misalnya ekonomi Kuartal II-2020 negatif maka kami melihat masih adanya ruang sekitar 1,5 persen. BI masih punya ruang turunkan 50 bps,” jelasnya.

Sementara itu, Mirza menyatakan Bank Indonesia bisa menggunakan ruang tersebut pada Juni atau Juli yaitu setelah angka pertumbuhan ekonomi untuk Kuartal II-2020 dikeluarkan.

“Tapi apakah akan digunakan ruang itu pada Juni atau Juli setelah angka Kuartal II-2020 keluar,” ujarnya.

Sebagai informasi, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 4,5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur periode 18-19 Mei 2020.

"Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar di tengah ketidakpastian pasar keuangan global," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.