Jakarta (ANTARA) - Salah seorang pekerja di platform pembayaran OVO diduga menggunakan data pengguna untuk kepentingan pribadi.
Seorang warganet melalui platform mikroblog Twitter membuat utasan bahwa seorang petugas yang mengaku bekerja di OVO secara pribadi menghubungi keluarganya yang ingin menambah kapasitas akun OVO ke versi premier.
Dalam utasan tersebut, akun bernama @prayogoafang juga mengunggah gambar bahwa orang tersebut juga mengirimkan foto KTP dan swafoto sambil memgang KTP pengguna.
"Apakah memang prosedurnya seperti ini? Jika tidak, kenapa bisa ada chat ke nomor pribadi yang pada dasarnya privasi pengguna jasa ya?" dia bertanya.
Beberapa jam berselang, pemilik akun menyatakan sudah berkomunikasi dengan OVO dan kasus tersebut sedang didalami.
Head of Public Relations OVO, SInta Setyaningsih, melalui pesan elektronik kepada Antara menyatakan tindakan tersebut merupakan pelanggaran berat dan sudah mengeluarkan karyawan yang bersangkutan.
OVO juga meminta maaf atas kejadian tersebut.
Berita Terkait
Rupiah turun karena data pesanan barang tahan lama AS yang lebih baik
Rabu, 27 Maret 2024 9:52 Wib
Mantan Presiden Bolsonaro dituduh palsukan data vaksinasi COVID
Rabu, 20 Maret 2024 8:28 Wib
KPU: Ketidakakuratan data tak hanya terjadi pada satu partai
Rabu, 6 Maret 2024 15:04 Wib
Mendagri sebut data Dukcapil penting untuk pembangunan dan bansos
Rabu, 28 Februari 2024 12:25 Wib
KLHK mulai survei macan tutul di Pulau Jawa untuk dapat data populasi
Selasa, 27 Februari 2024 11:51 Wib
Harga emas naik karena data inflasi AS lebih tinggi dari perkiraan
Sabtu, 17 Februari 2024 7:21 Wib
Polisi Thailand kembali ringkus pejabat bank yang jual data nasabah
Jumat, 16 Februari 2024 16:28 Wib
Data mencatat 1,4 miliar anak di dunia tak miliki perlindungan sosial
Kamis, 15 Februari 2024 16:31 Wib