Seberapa Kuat Jokowi Dongkrak Saham Dan Rupiah?

id bursa

Seberapa Kuat Jokowi Dongkrak Saham Dan Rupiah?

Bursa (reuters)

Jakarta (antarasulteng.com) - Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (14/3) sore, melanjutkan penguatan hingga 152,48 poin (3,84 persen) ke posisi 4.878,64 dan disertai penguatan rupiah 11 poin ke Rp11.375 per dolar AS.

Sejumlah pengamat pasar saham menilai sentimen politik dari pencalonan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai presiden dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan menjadi faktor penguatan IHSG pada akhir pekan itu.

"Saya sudah mendapatkan mandat dari Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Megawati Soekarnoputri untuk menjadi capres dari PDI Perjuangan," kata Jokowi di Jakarta Utara.

Senada dengan IHSG, indeks 45 saham unggulan (LQ45) juga naik 36,26 poin (4,37 persen) ke level 830,67.

Transaksi perdagangan saham di pasar reguler BEI tercatat sebanyak 272.034 kali dengan volume mencapai 6,103 miliar lembar saham senilai Rp8,399 triliun. Dari transaksi itu, efek yang bergerak naik sebanyak 169 saham, yang melemah 142 saham, dan yang tidak bergerak nilainya atau stagnan 85 saham.

Kenaikan IHSG di BEI pada hari Jumat (14/3) sebesar 152,48 poin kontradiktif dengan sejumlah indeks di bursa regional. Indeks Hang Seng melemah 216,59 poin (1,00 persen) ke level 21.539,49; indeks Nikkei turun 488,32 poin (3,30 persen) ke level 14.327,66; dan Straits Times melemah 7,67 poin (0,25 persen) ke posisi 3.073,72.

Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa; analis Panin Sekuritas, Purwoko Sartono; dan Kepala Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, mengakui kenaikan IHSG itu dipengaruhi penetapan Jokowi, sapaan Joko Widodo, sebagai calon presiden oleh PDI Perjuangan.

"Pasar melihat Jokowi mungkin akan memberikan angin segar bagi ekonomi kita sehingga mereka pikir pasti tidak lama lagi ada euforia di pasar kita jika Jokowi betul terpilih," kata Purbaya kepada ANTARA ketika dihubungi via telepon.

Purbaya mengatakan bahwa indeks di pasar saham dan pasar uang akan bergerak naik jika ada harapan atau ada hal yang mengejutkan dalam politik. 

Setelah pergerakan itu, pasar akan kembali menilai program-program atau kebijakan yang akan disampaikan kandidat pemimpin terkait dengan ekonomi Indonesia dan global.

"Jika kebijakan ekonomi yang disampaikan Jokowi dinilai cukup memuaskan pasar, indeks mungkin akan naik lagi. Apabila Jokowi menang, indeks juga mungkin naik lagi. Dan, pada akhirnya pasar akan menilai ulang kebijakan fundamental yang sempat membawa euforia positif di pasar," kata Purbaya.

Senada dengan Purbaya, Lana mengatakan bahwa pasar saham dan pasar uang telah menunggu keputusan politik PDI Perjuangan terkait dengan kandidat presidennya pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden RI 2014.

"Kami semula memperkirakan pengumuman itu satu pekan sebelum pemiu anggota legislatif pada tanggal 9 April. Akan tetapi, sekarang pengumumannya lebih cepat dari perkiraan," kata Lana.

Lana mengatakan bahwa latarbelakang investor saham dan pasar uang menunggu keputusan calon presiden dari PDI Perjuangan, yaitu karena Jokowi menjadi kandidat yang menonjol di sejumlah survei politik.


Faktor non-Jokowi

Namun, para pengamat itu memandang kenaikan IHSG dan rupiah pada akhir pekan kedua Maret 2014 bukan hanya karena sentimen politik dari pencapresan Jokowi.

"Bank Indonesia juga tidak menaikkan suku bunga acuan, tetap di 7,5 persen. Itu berpengaruh positif ke IHSG," kata Purbaya.

Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan, menurut Purbaya, justru menjadi fondasi kenaikan IHSG dan rupiah.

"Karena jika suku bunga acuan BI tidak naik, ruang bagi perekonomian nasional untuk lebih baik semakin terbuka lebar," kata Purbaya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan bahwa penguatan rupiah dipengaruhi aliran modal asing terhadap obligasi negara.

"Yang sering terjadi stock market negatif tetapi rupiah menguat karena orang masuknya ke bonds, yield turun. Jadi, kalau pasar menguat tajam, rupiah stabil, itu fenomena lokal," ujarnya.

Aliran modal asing ke Indonesia pada hari Jumat (14/3) juga diakui Lana yang mencatat dana neto yang masuk ke pasar uang mencapai 100 juta dolar AS.

"Hingga Jumat, total dana asing yang masuk ke domestik mencapai satu miliar dolar AS sejak awal 2014," kata Lana.

Lana memperkirakan pengaruh asing terhadap bursa saham dan pasar uang Indonesia cenderung berasal dari Thailand dibandingkan Eropa.

"Kemungkinan sebagian dana asing itu berasal dari Thailand karena di sana masih terjadi konflik politik. Apalagi, Indonesia akan menyelenggarakan pemilihan umum dengan sejumlah kandidat populer selain perbaikan perekonomian nasional," kata Lana.

Aliran modal asing dalam jumlah besar dan dalam waktu yang lebih cepat daripada perkiraan, menurut Lana, justru perlu diwaspadai karena Bank Indonesia masih berusaha menurunkan impor nonmigas.

"Kita punya tujuan untuk memperbaiki defisit neraca transaksi berjalan dan selama ini terbantu dengan kenaikan suku bunga acuan BI dan pelemahan rupiah," kata Lana.

Akan tetapi, lanjut Lana, angka impor nonmigas dapat naik jika rupiah masih menunjukkan tren penguatan.

"Pada tiga hingga empat bulan mendatang kita juga akan menghadapi puasa dan para pelaku usaha akan mengimpor sejumlah bahan pangan, seperti tepung, keju, gula pada satu hingga dua bulan nanti," kata Lana.

Tren Penguatan

Baik Purboyo, Lana, dan Purwoko meyakini efek sentimen politik terhadap penguatan IHSG dan rupiah masih akan berlanjut pada awal pekan ketiga Maret 2014.

Purwoko memperkirakan indeks BEI akan berada di area positif kisaran 4.830 hingga 4.950 poin pada hari Senin (17/3).

"Diperkirakan sektor yang mendapat sentimen positif adalah infrastruktur, konstruksi, dan farmasi," kata Purwoko.

Sedangkan Purbaya memperkirakan kenaikan IHSG dan rupiah akan menyesuaikan level fundamental ekonomi makro dan kesehatan perusahaan selepas hari pertama pekan kedua Maret.

"Paling tidak nanti ketika PDI Perjuangan bicara kebijakan ekonominya, itu pasar akan melihat. Jika kacau pasti pasar akan terpuruk, begitu pula sebaliknya," kata Purbaya.

Di sisi lain, Lana memperkirakan sebelumnya peningkatan IHSG hingga level 4.800 itu akan terjadi pada bulan April 2014.

"Secara taktikal, level 4.800 itu sudah masuk pada resistent atas. Jika ada dorongan positif sedikit, tembus level 5.000 gampang. Hanya saja, level 5.000 itu belum stabil dan akan ada aksi ambil untung," kata Lana.

Pada hari Senin (17/3), Lana memperkirakan penguatan IHSG masih akan terjadi dan mungkin menguat pada hari berikutnya jika PDI Perjuangan mengumumkan calon wakil presiden pendamping Jokowi.

"Akan tetapi, pada pekan depan, investor mungkin akan ambil untuk di level-level tertentu," kata Lana.

Sebagaimana Purwoko, Lana juga memandang efek Jokowi ke minat investor di portofolio lebih mengarah pada sektor-sektor infrastruktur.(skd)