1.412 korban banjir Parigi masih bertahan di pengungisan

id Banjir parigi, pengungsi, korban banjir, Parigi Moutong

1.412 korban banjir Parigi  masih bertahan di pengungisan

Warga Desa Olobaru, Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah terdampak banjir di posko pengungsian, Rabu (15/7/2020). (ANTARA/Moh Ridwan)

Parigi (ANTARA) - Sebanyak 1.412 jiwa atau 412 kepala keluarga korban banjir Parigi, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah hingga saat ini masih bertahan di posko pengungsian yang dibangun pemerintah karena rumah mereka hanyut dan rusak diterjang bencana tersebut.

"Dari 3.091 warga yang terdampak, 1.412 jiwa mengungsi di sejumlah titik pengungsian karena rumah mereka hanyut dan rusak akibat diterjang banjir," ungkap Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Parigi Moutong Nyoman Adi di Parigi, Kamis.

Saat ini, pihaknya dan sejumlah instansi teknis bersama lembaga kemanusiaan lainnya, sedang fokus menyalurkan bantuan logistik ke posko-posko pengungsian, termasuk memenuhi kebutuhan dapur umum.

Ia mengatakan dalam masa tanggap darurat yang dibutuhkan masyarakat setempat saat ini berupa bahan makanan untuk kebutuhan mereka bertahan hidup.

Berdasarkan data BPBD setempat, 69 rumah rusak, 61 di antaranya rusak berat, tiga rusak sedang, dan lima rusak ringan. Selain itu, 22 rumah hanyut terseret banjir, 42 unit terancam hanyut, serta 155 rumah terendam.

Sebanyak 3.091 warga Parigi dan sekitarnya yang meliputi 889 kepala keluarga di 13 desa terdampak, 129 jiwa di antaranya lansia, 13 ibu hamil, 121 balita, dan 40 bayi serta tiga disabilitas.

"Kerugian akibat bencana ditaksir mencapai Rp4,1 miliar. Namun, data ini masih bersifat sementara, sewaktu-waktu bisa berubah," kata Nyoman.

Dia mengatakan banjir disertai lumpur terjadi di kabupaten itu karena sejumlah sungai besar di wilayah Parigi dan sekitarnya meluap, setelah turun hujan yang cukup deras.

Pemerintah daerah setempat meminta warga senantiasa berhati-hati dan mewaspadai ancaman banjir serta tanah longsor, karena cuaca masih belum bersahabat.

"Mengingat titik banjir terpisah-pisah, maka kami bersepakat dengan instansi teknis lainnya dan lembaga kemanusiaan berbagi tugas agar semua wilayah terdampak bisa terlayani," demikian Nyoman.