Pengungsi korban banjir Parigi masih butuh logistik

id Banjir parigi, BPBD, pengungsi, logistik, korban banjir, parigi moutong

Pengungsi korban banjir Parigi  masih butuh logistik

Sejumlah warga Desa Olaya, Kecamatan Parigi yang rumahnya rusak akibat diterjang banjir, kini mengungsi di depot logistik (dolog) milik Bulog Sulteng di Parigi, Selasa (14/7/2020). ANTARA/Moh Ridwan

Parigi (ANTARA) - Pengungsi korban banjir Parigi Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah masih membutuhkan bantuan logistik untuk kebutuhan bertahan hidup.

"Di situasi tanggap darurat saat ini, tentu logistik masih menjadi kebutuhan prioritas di posko-posko pengungsian," kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Parigi Moutong Nyoman Adi, di Parigi, Jumat.

Dia menjelaskan, hingga kini ketersediaan logistik di posko pengungsian sangat terpenuhi, karena bantuan dari berbagai pihak terus mengalir.

"Laporan kami terima beberapa hari terakhir banyak bantuan masuk baik lewat pribadi maupun dari lembaga kemanusiaan dan pendistribusian ke posko-posko pengungsian terus berjalan," ujar Nyoman.

Dikemukakannya, sejauh ini belum ada korban banjir yang tinggal di posko pengungsian terpapar diare maupun penyakit-penyakit lain yang umumnya menyerang pada kondisi tanggap darurat bencana.

Di situasi tanggap darurat, pemerintah setempat juga telah mendirikan posko-posko kesehatan di sejumlah titik bencana yang dianggap cukup parah, termasuk pemantauan oleh pihak petugas kesehatan di 13 desa terdampak.

"Dari pemantauan kami ada tiga desa yang terdampak parah, yakni Desa Boayantongo, Desa Olobaru Kecamatan Parigi Selatan dan Desa Olaya Kecamatan Parigi," kata dia menambahkan.

Data sementara yang dirilis BPBD setempat sekitar 3.797 jiwa atau 1.027 Kepala Keluarga (KK) terdampak banjir, 84 orang lansia, 10 orang ibu hamil, 82 orang balita dan 18 bayi serta lima orang penyandang disabilitas.

Bencana banjir juga merusak sekitar 75 rumah warga, terdiri 67 rumah rusak berat, tiga rusak sedang, lima rusak ringan. Selain itu terdapat 22 rumah hanyut terseret banjir, 118 rumah terancam dan 361 rumah terendam serta memaksa 1.638 jiwa atau 429 KK mengungsi dengan kerugian materi yang ditaksir mencapai Rp5,5 miliar.

"Saat ini relawan baik PMI maupun BPBD serta instansi dan lembaga lain ikut membantu membersihkan rumah warga yang terendam lumpur," demikian Nyoman.