Uni Eropa sumbang Rp13,5 triliun untuk ASEAN untuk tangani wabah COVID-19

id Uni Eropa-ASEAN,kerja sama uni eropa dan ASEAN,dana bantuan uni eropa,tim eropa,pandemi covdi-19

Uni Eropa sumbang Rp13,5 triliun untuk ASEAN untuk tangani wabah COVID-19

Tangkapan layar: Duta Besar EU untuk ASEAN Igor Driesmans dalam telekonferensi dengan wartawan, Jumat (8/5/2020). (ANTARA/Suwanti)

Jakarta (ANTARA) - Uni Eropa telah menyumbang paket bantuan sebesar lebih dari 800 juta Euro (setara Rp13,5 triliun) kepada ASEAN untuk penanganan wabah COVID-19 di kawasan, melalui proyek pendanaan Tim Eropa, demikian menurut Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN Igor Driesmans.

Tim Eropa merupakan pengelola paket bantuan dengan sumber daya gabungan yang berasal Uni Eropa dan negara-negara anggotanya, serta lembaga keuangan, khususnya Bank Investasi Eropa dan Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan.

"Dengan semangat bekerja sama dan berdasarkan kemitraan antarkawasan yang telah berjalan selama empat dekade, kami telah memobilisasi paket Tim Eropa... untuk membantu ASEAN dan negara-negara anggotanya mengurangi dampak ekonomi dan sosial dari pandemi virus corona," kata Driesmans dalam pernyataan tertulis, Selasa.

Secara global, paket bantuan Tim Eropa bernilai hampir 36 miliar Euro (sekitar Rp611 triliun).

Sementara khusus untuk ASEAN, dana bantuan itu disalurkan pada sejumlah kanal, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tingkat Asia Tenggara sebesar 20 juta Euro (setara Rp339 miliar) untuk peningkatan kapasitas.

Selain itu, dana tersebut juga disalurkan untuk lembaga-lembaga ilmiah ASEAN melalui program kerangka kerja riset dan inovasi, Horizon 2020.

Untuk negara-negara anggota ASEAN, dana bantuan itu menyasar peningkatan ketahanan masyarakat rentan melalui kerja sama dengan komunitas sipil, pemulihan ekonomi negara, peningkatan fasilitas perawatan kesehatan dan kapasitas pengujian, juga bantuan kemanusiaan.

Di samping dana bantuan, Uni Eropa dan ASEAN telah menjalin kerja sama untuk bertukar pengalaman mengenai respons regional terhadap krisis wabah. Maret lalu, para menteri luar negeri dari kedua kawasan melakukan pertemuan virtual untuk membahas hal ini.