BMKG imbau warga Sigi-Morowali Utara waspadai bencana hidrometeorologi

id Cuaca buruk, waspada banjir, wapada longsor, Sulteng, BMKG

BMKG  imbau warga Sigi-Morowali Utara waspadai bencana hidrometeorologi

Foto araip- Warga berada di dekat puing rumah yang hancur akibat diterjang banjir bandang di Desa Oloboju, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (11/7/2020). Banjir bandang yang terjadi pada Jumat (10/7/2020) malam karena hujan deras dan membawa material lumpur dan kayu-kayu itu menyapu sejumlah rumah warga dan menghanyutkan ternak serta merusak ratusan hektar lahan pertanian milik warga. ANTARAFOTO/Basri Marzuki/hp.

Palu (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga Kabupaten Sigi dan Morowali Utara, Sulawesi Tengah agar mewaspadai bencana hidrometeorologi tiga hari ke depan.

"Pemerintah setempat harus ekstra hati-hati terhadap dua daerah ini, sebab diperkirakan akan terjadi bencana banjir dan tanah longsor di bantaran sungai dan lereng-lereng gunung akibat hujan lebat," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Al-Jufri Palu Nur Alim yang dihubungi di Palu, Minggu.



Dia menjelaskan dari prakiraan cuaca BMKG peristiwa bencana hidrometeorologi pada musim hujan disebabkan oleh udara panas yang mengalir dari laut Arafura dengan membawa uap air cukup banyak ke udara.

"Begitu uap air posisi di atas Pulau Sulawesi, angin kemudian berbelok, sehingga memicu potensi hujan semakin besar di wilayah Sulawesi Tengah dan sekitarnya," ungkap Nur Alim.

Oleh karena itu, tiga hari ke depan mulai hari ini (Minggu 26-28 Juli 2020) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta otoritas lainnya perlu mewaspadai bencana hidrometeorologi yang disebabkan curah hujan cukup tinggi.

Dia mengimbau warga yang bermukim di bantaran sungai dan lereng-lereng pegunungan yang curam agar selalu waspada, namun tidak panik.

Ia memaparkan dua kabupaten tersebut umumnya tanahnya bercampur pasir, sehingga rentan menimbulkan longsor dan banjir. Apalagi, di bagian hulu sungai terjadi penumpukan material kayu cukup banyak yang mengakibatkan pergerakan air terhambat, lalu membentuk bendungan-bendungan kecil.



Oleh karena itu, jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, air meresap dan membuat tanah semakin jenuh. "Jika hal ini terus berulang, tanah jenuh akan meleleh lalu menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor," kata Nur Alim.

Lebih lanjut, Nur Alim mengatakan sebulan ke depan wilayah Sulteng masih berpotensi terjadi cuaca buruk, karena masih dalam siklus puncak musim hujan.

"Puncak musim hujan di Sulteng terjadi selama tiga bulan, Juni-Agustus. Kemudian pada minggu pertama bulan September nanti, daerah ini mulai memasuki musim kemarau," demikian Nur Alim.