SDM "Kartini" Dibangun Dari Pendidikan Rumah Tangga

id Hari kartini, Zalzulmida Djanggola

SDM "Kartini" Dibangun Dari Pendidikan Rumah Tangga

Bunda PAUD Sulawesi Tengah Zalzulmida Djanggola (tengah) saat dialog memperingati hari Kartini di Palu, Senin (21/4). (ismail)

"Tiga-tiga ini yang harus diberikan. Kalau orang tuanya mampu mentrasfer pengetahuan kepada anaknya maka anaknya menjadi cerdas, tetapi akan sulit kalau ibunya hanya sibuk di luar," katanya.
Palu (antarasulteng.com) - Bunda PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Sulawesi Tengah Zalzulmida Djanggola mengatakan penguatan sumber daya manusia generasi "Kartini" harus dilakukan dari pendidikan usia dini dalam rumah tangga.

Bagaimana kita membudayakan pendidikan secara adil dalam rumah tangga baik terhadap anak laki-laki maupun perempuan, katanya dalam dialog memperingati Hari Kartini di Palu, Senin.

Dialog tersebut dihadiri sejumlah tokoh perempuan di Sulawesi Tengah seperti Hadijah Toana (tokoh perempuan dari Muhammadiyah). Nurmawati Dewi Bantilan (anggota DPD RI Daerah Pemilihan Sulawesi Tengah) dan sejumlah tokoh dari komunitas perempuan di daerah itu.

Zalzulmida yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Sulawesi Tengah itu mengatakan kehebatan generasi "Kartini" ke depan sangat ditentukan dari kualitas pendidikan saat ini.

Pendidikan, kata dia, mencakup tiga aspek yakni pendidikan intelektual, mental dan spritual.

"Kecerdasananusia tidak cukup hanya dengan kecerdasan intelektual semata," katanya.

Zalzulmida mengajak kaum ibu di daerahnya agar makin peduli bagaimana membangun kecerdasan anak, sekaligus mental dan spritualnya.

"Tiga-tiga ini yang harus diberikan. Kalau orang tuanya mampu mentrasfer pengetahuan kepada anaknya maka anaknya menjadi cerdas, tetapi akan sulit kalau ibunya hanya sibuk di luar," katanya.

Zalzulmida mengatakan banyak perempuan yang sudah maju dari tingkat pendidikan, hanya saja pendidikan mereka dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya sehingga mereka mengabaikan pendidikan terhadap anaknya sendiri.

Hal ini terjadi tingkat kesibukan sehingga mereka hanya mengandalkan pengasuh anak sehingga, ujarnya, anak tersebut tidak mendapat binaan pendidikan langsung dari orang tuanya.

"Kadang-kadang orang yang punya pendidikan pun tidak memberikan pendidikan kepada anaknya. Hanya pakai pembantu. Sehingga anak-anaknya tidak mendapat bimbingan langsung," katanya.

Dia juga mengajak perempuan yang belum berumah tangga agar membangun komitmen sejak dini untuk menjadi ibu rumah tangga yang bertanggungjawab dalam pendidikan anaknya.
***