Industri Pengolahan Cokelat Minim Permintaan

id coklat

Industri Pengolahan Cokelat Minim Permintaan

Coklat (FOTO ANTARA/Iggoy el Fitra)

Masih sepi permintaan karena kami juga masih dalam tahap promosi sehingga produksi tidak menentu
Palu,  (antarasulteng.com) - Industri pengolahan cokelat batangan milik Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Tengah minim permintaan pasar.

"Masih sepi permintaan karena kami juga masih dalam tahap promosi sehingga produksi tidak menentu," kata Yayuk, seorang karyawan Banua Cokelat di Palu Jumat.

Banua Cokelat adalah industri pengolahan cokelat batangan milik Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Tengah. Cokelat batangan ini akan menjadi bahan baku industri makanan berbahan cokelat

Dia mengatakan industri pengolahan cokelat yang baru beroperasi akhir tahun 2013 tersebut belum memiliki produksi tetap setiap bulannya.

"Kadang kami hanya produksi dua kali sebulan," katanya.

Kapasitas mesin terpasang di industri tersebut hanya diperuntukkan kepada industri kecil dan menengah di Kota Palu. 

Mesin sangrai di Banua Cokelat hanya memiliki kapasitas 15 kilogram. 

"Untuk 15 kilogram itu biasanya kami olah sampai paking selama dua hari," katanya.

Har, seorang operator mesin, mengatakan sebelum disangrai, biji cokelat/kakao lebih dulu dicuci dan dikeringkan.

Setelah itu kakao dimasukkan ke mesin pengupasan.

"Mesin pengupas ini belum maksimal karena kadang masih tercampur dengan kulit. Makanya kami sortir kembali," kata Har.

Setelah terkupas, kakao dimasukkan ke mesin penghalus. Mesin ini memiliki kapasitas 40 kilogram.

"Dari mesin penghalus baru kita masukkan ke mesin pencampur, baru kemudian dicetak dan dinetralisasi dalam suhu tertentu," katanya.

Industri cokelat tersebut telah memproduksi dua jenis cokelat yakni cokelat utuh tanpa campuran apapun (liquor) dan cokelat campuran susu dan gula (corverture).

Setiap jenis cokelat tersebut dijual dengan harga yang berbeda dan diprioritaskan kepada industri kecil dan menengah.

"Kadang kami gratiskan kepada industri kecil yang baru mulai usahanya. Ada juga yang kami beri harga setengah," katanya.

Untuk cokelat utuh lebih murah yakni Rp50 ribu per kilogram, sementara cokelat campuran susu dan gulan Rp100 ribu per kilogram.

"Industri kecil dan menengah lebih banyak yang minta karena sudah siap pakai," katanya.

Sementara itu Kepala Bidang Industri pada Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Tengah, Awaludin mengatakan industri pengolahan tersebut masih terus melakukan evaluasi perbaikan kualitas produksi, pasar dan sumber bahan baku berkualitas.

"Ini yang ingin kami sinkronkan antara bahan baku, kualitas produksi dan akses pasar," katanya.

Awaludin mengatakan industri pengolahan cokelat tersebut sudah mampu melayani kebutuhan industri rumahan namun belum semua industri melirik produksinya.(skd)