BPS catat daya beli petani di Sulawesi Tengah turun

id Sandi,Sulteng,Palu,Ekonomi,Pertanian,Corona

BPS catat daya beli petani di Sulawesi Tengah  turun

Warga dampingan berada di antara sayuran yang ditanam dengan sistem pertanian hidroponik di Desa Loru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Selasa (14/7/2020). Yayasan Dompet Dhuafa mengembangkan sistem pemulihan ekonomi bagi ibu rumah tangga, lansia, dan ibu hamil dengan memfasilitasi sistem pertanian hidroponik yang dikelola secara berkelompok. ANTARAFOTO/Basri Marzuki/hp.

Palu (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat daya beli dan daya tukar petani di Sulawesi Tengah (Sulteng) selama Juli 2020 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya.

Penurunan daya beli dan daya tukar tersebut tercermin dari menurunnya dua indikator utama kesejahteraan petani yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) Sulteng bulan Juli.

“NTP Sulteng pada bulan Juli berada pada angka 93,29 atau turun minus 0,76 persen jika dibandingkan dengan bulan Juni yaitu 94,01,”kata Kepala BPS Sulteng Dumangar Hutauruk di Palu, Selasa.

Ia menjelaskan penurunan tersebut terjadi pada beberapa subsektor NTP yaitu tanaman perkebunan rakyat, perikanan secara umum dan nelayan.

“NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat di bulan Juni 91,27, kemudian Juli turun 89,33 atau turun 2,12 persen. Pada subsektor perikanan secara umum turun 0,46 persen dari angka 99,51 pada Juni menjadi 99,05 pada Juli, nelayan juga turun 0,53 persen dari 99,48 pada Juni menjadi 98,95 pada Juli,”ujarnya.

Meski demikian, Dumangar menyebut pada Juli juga terjadi kenaikan NTP pada sejumlah subsektor yaitu tanaman pangan naik 0,37 persen di angka 97,84, holtikultura naik 1,26 persen di angka 93,94, peternakan naik 1,62 persen pada angka 97,26 dan pembudidaya ikan naik 0,27 persen di angka 100,23.

“NTUP Sulteng pada Juli 95,84 turun 0,79 persen dibanding Juni yang berada pada angka 96,61. Penurunan NTUP Sulteng di bulan Juli terjadi pada beberapa subsektor,”terangnya.

Subsektor yang mengalami penurunan tersebut, lanjutnya, antara lain tanaman perkebunan rakyat turun 2,17 persen menjadi 91,82 pada Juli diabanding Juni yang berada pada angka 93,86.
Berikutnya subsektor perikanan turun 0,53 persen menjadi 103,20 pada Juli disbanding Juni yang berada pada angka 103,75 dan nelayan turun 0,60 persen di angka 102,98 pada Juli dibandingkan Juni yang berada pada angka 103,59.

“NTUP pada beberapa subsektor mengalami kenaikan pada Juli dibanding Juni antara lain tanaman pangan naik 0,36 persen pada angka 100,27, holtikultura naik 1,29 persen menjadi 96,91, peternakan naik 1,58 persen di angka 99,02 dan pembudidaya ikan naik 0,26 persen sehingga berada pada angka 105,84,”tambahnya.

Dumangar menerangkan NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produksi pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

" NTUP menunjukkan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), tanpa memperhitungkan pengeluaran untuk konsumsi rumahtangga,"katanya.

NTUP,kata dia, diharapkan lebih mencerminkan kemampuan daya tukar hasil produksi rumah tangga petani terhadap pengeluaran biaya selama proses produksi.