Ekspor dan harga sawit membaik, moga jadi penyemangat ekonomi nasional

id GAPKI,Kelapa Sawit,Minyak Sawit,CPO,Astra Agro

Ekspor dan harga sawit membaik, moga jadi penyemangat ekonomi nasional

Ketua Umum Gapki Joko Supriyono.(ANTARA/Mentari Dwi Gayati/am).

Kinerja ekspor CPO ini masih sangat menggembirakan bila dibandingkan ekspor migas yang minus 3,5 juta Dolar AS.
Palu (ANTARA) - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan bahwa sinergi yang semakin kuat antara pemerintah, pengusaha kelapa sawit dan jurnalis menyebabkan citra kelapa sawit Indonesia di pasar global semakin baik.

Hal tersebut, kata Joko kepada wartawan dalam konferensi pers secara virtual, Rabu siang, memberikan kontribusi yang besar pada kinerja industri dan perkebunan sawit yang tetap stabil meskipun diterpa dampak pandemi COVID-19.

Dalam konferensi pers yang dipandu Ketua Bidang Komunikasi Gapki Tofan Mahdi itu, Joko menyebutkan ekspor CPO selama Januari-Juni 2020 menghasilkan devisa 10,061 miliar Dolas AS.

Dibandingkan dengan komoditi ekspor strategis lainnya, ujar Joko, kinerja ekspor CPO ini masih sangat menggembirakan bila dibandingkan ekspor migas yang minus 3,5 miliar Dolar AS.

Baca juga: Kemendag: Ekspor CPO ke India dipastikan naik

"Semoga ini menjadi penyemangat kita dalam upaya menggerakan perekonomian negara selama pandemi COVID-19," ujarnya. 

Secara rinci, Joko melaporkan produksi minyak sawit mentah (CPO) pada bulan Juni 2020 mencapai 4.096 ribu ton atau naik 13,5 persen dianding bulan Mei, namun konsumsi dalam negeri turun 3,5 persen menjadi 1.331 ribu ton.

Sementara itu ekspor naik signifikan 13,9 persen menjadi 2.767 ribu ton, dan harga CPO masih menunjukkan kenaikan dari rata-rata USD 526 pada bulan Mei menjadi USD 602 per ton-Cif Rotterdam pada bulan Juni. Sedangkan nilai ekspor naik dari 1,474 miliar Dolar AS menjadi 1,624 miliar Dolar AS.

Apabila dibandingkan Januari-Juni 2019, produksi CPO dan PKO Januari-Juni 2020 sebesar 23.504 ribu ton adalah 9,2% lebih rendah, konsumsi dalam negeri sebesar 8.665 ribu ton atau 2,9 % lebih tinggi, volume ekspor adalah 15.503 ribu ton atau 11,7% lebih rendah dan nilai ekspornya 6,4% lebih tinggi menjadi senilai 10,061 juta Dolar AS.

Baca juga: Sulteng Ekspor CPO 5.400 Ton Ke Malaysia

Produksi bulan Juni yang lebih tinggi dari bulan Mei 2020 diduga karena 'carry over' produksi bulan Mei yang terkendala karena lebaran juga sebagian provinsi telah masuk ke periode tren produksi naik.

Konsumsi dalam negeri bulan Juni yang masih lebih rendah dibandingkan dengan bulan Mei, diduga masih disebabkan oleh PSBB COVID-19. Konsumsi untuk pangan turun 3,9% menjadi 638 ribu ton. Persentase penurunan konsumsi pangan lebih rendah dari rata-rata penurunan 3 bulan sebelumnya sebesar 5,4%.

Konsumsi biodiesel pada Juni turun sebesar 5,4% dari bulan Mei menjadi 551 ribu ton. Dibandingan dengan Jan-Juni 2019, konsumsi biodiesel 2020 adalah 25% lebih tinggi dikarenakan implementasi program B30. Konsumsi dalam negeri bulan Juni untuk oleokimia masih naik dengan 6,8% dibandingkan bulan Mei meskipun dengan laju yang lebih rendah.

Baca juga: Astra Agro-Unikom kerja sama maksimalkan teknologi digital industri kelapa sawit

Menurtu Joko, kenaikan ekspor cukup tinggi pada bulan Juni, setelah turun pada bulan sebelumnya. Kenaikan terjadi pada CPO (31%), refined palm oil (10,2%), minyak laurik (6%) dan juga adanya ekspor biodiesel. Kenaikan terbesar untuk ekspor dengan tujuan India (52%) menjadi 583 ribu ton, Afrika (43,3%) menjadi 271 ribu ton, China (33%) menjadi 440 ribu ton, dan Pakistan (32%) menjadi 203 ribu ton. Kenaikan ekspor CPO ke India mencapai 206 ribu ton dari total kenaikan sebesar 200 ribu ton, namun terjadi penurunan pada ekspor produk lain terutama refined palm oil.

Kegiatan ekonomi China, India dan banyak negara lain mulai pulih sehingga permintaan akan minyak nabati untuk kebutuhan domestiknya mulai naik. Kegiatan ekonomi Indonesia juga sudah mulai pulih sehingga ke depan permintaan minyak sawit untuk pangan diperkirakan juga akan naik mengikuti permintaan oleokimia dan biodiesel. Kenaikan permintaan dan membaiknya harga minyak bumi diperkirakan akan menyebabkan harga minyak nabati naik.

Ketika ditanya bagaimana prospek ekspor CPO hingga akhir 2020, Joko mengaku belum bisa memprediksi karena situasi dalam negeri dan global yang masih sangat dipengaruhi dampak pandemi virus corona.

Namun ia optimistis bahwa penerimaan devisa ekspor CPO selama 2020 nanti tidak akan sama seperti tahun 2019 yang mencapai 20,2 juta Dolar AS. Mungkin hanya 90 persen dari realisasi 2019.

Baca juga: Industri sawit dalam negeri beroperasi normal selama pandemi COVID-19