Berdayakan Masyarakat Sekitar Taman Nasional

id tnll, lindu, bantuan

Berdayakan Masyarakat Sekitar Taman Nasional

Taman Nasional Lore Lindu (ist)

Kami sangat senang mendapatkan bantuan ini dan kami akan memanfaatkan dengan baik sesuai yang diharapkan dari pemberi bantuan
Palu,  (antarasulteng.com) - Ibu Yeni terlihat begitu senang setelah menerima sejumlah bantuan peralatan pertanian dan usaha pembuatan keripik singkong dari Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL).

Wanita itu adalah Ketua Kelompok Usaha Ucup Mekar Desa Marena, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Kelompok usaha yang bergerak dalam bidang usaha pertanian, perikanan dan kerajinan itu, anggotanya semua kaum perempuan.

"Kami sangat senang mendapatkan bantuan ini dan kami akan memanfaatkan dengan baik sesuai yang diharapkan dari pemberi bantuan," katanya.

Ibu Yeni, memang sosok perempuan desa yang punya selama ini memiliki kepedulian sosial tinggi terhadap masyarakat, terutama kalangan perempuan.

Beberapa waktu lalu, ia membentuk lima kelompok usaha di desa itu yang terdiri masing-masing 5 orang anggota, semuanya perempuan.

Ia mengemukakan tujuan utama membentuk kelompok usaha di desa semata-mata guna meningkatkan pendapatan keluarga sehingga setiap anak dari anggota kelompok kelak dapat melanjutkan pendidikan mereka sesuai dengan kemampuan ekonomi orang tua.

Menurut dia, kalau ekonomi keluarga meningkat, otomatis anak-anak bisa sekolah sampai di perguruan tinggi.

Karena itu, ia membentuk kelompok usaha ini dan mendapat sambutan atau respon positif dari pihak Balai Besar TNLL.

"Saya sangat optimistis jika kelompok yang saya bina ini dapat bekerja sama mengembangan setiap usaha dengan baik dan benar,niscaya keuangan rumah tangga akan semakib lebih bagus," katanya.

Kelima kelompok usaha yang akan dikembangkan di Desa Marena adalah, pertanian (tanaman cabai, tomat dan jagung), budidaya ikan lele, anyaman bambu, ternak itik dan pembuatan keripik singkong.

Namun dari kelima kelompok usaha tersebut yang mendapatkan bantuan dari Balai Besar TNLL baru dua kelompok yaitu peralatan pembuatan keripik singkong dan pertanian.

Tiga kelompok usaha lainnya, kata Yeni baru akan menyusul pada tahap berikutnya sesuai informasi dari pihak balai.


Berbatasan

Sementara Sekretaris Desa Marena, Niksen Lumba, menyambut positif atas penyaluran sejumlah bantuan kepada kelompok usaha yang dikelola sejumlah ibu rumah tangga di desa itu.

"Sebagai kepala keluarga sekaligus aparat pemerintah desa, tentu sangat berterima kasih, sebab ternyata Balai Besar TNLL tidak hanya mengelola dan mengamankan kawasan hutan lindung, tetapi ikut memberdayakan ekonomi masyarakat desa," katanya.

Desa Marena, merupakan salah satu desa di Kecamatan Kulawi yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional.

Ia mengatakan selama bertahun-tahun masyarakat desa tersebut sangat menjaga kawasan hutan lindung yang ada.

Desa Marena, katanya saat ini dihuni sekitar 82 kepala keluarga (KK) atau sekitar 300-an jiwa. Mata pencaharian masyarakat Desa Marena adalah berkebun.

Selain bercocok tanam tanaman pertanian seperti jagung, ubi kayu (singkong), ubi jalar, kedelai, sayur-sayuran seperti tomat, cabai dan kacang panjang, juga tanaman perkebunan berupa kakao dan kopi.

Semua hasil panen biasanya dipasarkan di ibu kota kecamatan dan ke Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah.

Menurut dia, program pemberdayaan yang dilakukan Balai Besar TNLL kepada masyarakat Desa Marena melalui kelompok usaha yang dikembangkan para ibu-ibu rumah tangga sangat sejalan dengan program dari Pemkab Sigi.

Pemkab Sigi dalam dua tahun terakhir ini memprogramkan setiap desa memiliki satu produk unggulan. "Program satu desa satu produk unggulan," katanya.

Sementara kelompok usaha di Desa Marena mengembangkan lima produk usaha yang diharapkan ada satu diantaranya menjadi produk unggulan.

"Di desa ini banyak sekali tanaman singkong dan bambu yang bisa diolah menjadi produk unggulan desa," katanya. 

Soal pemasaran tidak menjadi masalah. "Kita produksi dulu dengan kualitas yang bagus," kata Niksem.

Jika produknya bagus, berkualitas,niscaya masyarakat akan membelinya.

Niksem juga meminta kepada pihak balai jangan hanya memberikan bantuan, tetapi juga diikuti dengan peningkatan kapasitas anggota kelompok.

Selain itu, perlu ada tenaga pendamping agar usaha bisa berjalan baik. "Kalau ada tenaga pendaping, dipastikan setiap permasalah bisa secepatnya dicarikan jalan keluar," katanya.

Stimulan 

Kepala Bidang Teknis Konservari Balai Basar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) Ahmad Yani mengatakan, bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh TNLL itu pemberian stimulan berupa bantuan alat pertanian, termasuk bibit, obat dan alat, alat untuk pembuatan keripik singkong.

"Kami berharap dengan adanya bantuan ini paling tidak dapat menopang keuangan keluarga," kata dia.

Ahmad mengatakan, sebelum bantuan disalurkan, kelompok masyarakat penerima manfaat terlebih dahulu telah mendapatkan pelatihan.

Mereka sebelumnya diberikan pelatihan dan keterampilan bagaimana mengembangkan budidaya cabe dan juga membuat keripik singkong yang berkualitas.

"Pelatihan disesuaikan dengan bidang usaha yang akan dikembangkan," katanya.

Kalau menyangkut pembuatan keripik singkong dan lele bekerja sama dengan Dinas Perindagkop. Sedangkan khusus untuk bidang usaha pertanian bekerja sama dengan Dinas Pertanian.

Selain memberikan bantuan, pihak Balai Basar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL) juga akan menyediakan tenaga pendamping agar mereka tidak mengalami kendala di lapangan saat mengembangkan usaha.

"Kita siapkan tenaga pendaping dan mereka akan diberikan insentif dari pihak TNLL," kata Ahmad.

Dia juga menambahkan, sebelumnya kelompok masyarakat adat di Desa Bunga, Kecamatan Palolo, juga mendapatkan program pemberdayaan serupa.

Hanya saja, di Desa Bunga kelompok masyarakat yang dibina oleh BBTNLL, seluruhnya kaum laki-laki dari suku Da`a.

Mereka akan mengembangkan usaha pertanian yang dipaduhkan dengan tanaman kehutanan. "Nanti mereka akan kami bawa ke sekolah pertanian di Sidera untuk belajar beberapa hari di sana tentang pengembangan komoditas pertanian dan kehutanan," katanya.

Hal yang sama juga disampaikan Kepala Bidang Wilayah I BBTNLL, Agus Ngura Krisna. Bidang Wilayah I membawahi wilayah kerja mulai dari Desa Pakuli, Kecamatan Gumbasa sampai Gimpu, Kecamatan Kulawi Selatan.

Ia menambahkan tujuan utama dari program pemberdayaan yang dilakukan oleh BBTNLL semata-mata demi meningkatkan penghasilan keluarga masyarakat yang selama ini berada dalam dan berbatasan langsung dengan kawasan.

Usaha-usaha yang ditawarkan kepada masyarakat, katanya tentu disesuaikan dengan kondisi yang ada di setiap desa. "Parti tidak sama satu dengan desa lainnya," katanya.

Menurut dia, yang paling penting sebelum mereka diberikan bantuan dana maupun dalam bentuk peralatan, setiap kelompok masyarakat yang akan diberdayakan terlebih dahulu mendapatkan pelatihan dan keterampilan.

"Kita siapkan dulu sumber daya manusianya, baru diikuti dengan peralatan penunjang," ujarnya.

Di sekitar TNLL hingga kini terdapat sebanyak 69 desa. "Kita akan upayakan berdayakan masarakat di 69 desa tentu secara bertahap dilakukan karena keterbatasan anggaran," kata Agus.

Dua kelompok usaha yang dibina Balai Besar TNLL diharapkan menjadi demplot bagi pemberdayaan masyarakat desa yang berada di dalam maupun luar Taman Nasional.

Jika program ini berhasil selain meningkatkan ekonomi masyarakat, juga anggota-anggota kelompok masyarakat itu akan menjadi tenaga konservasi.

Dengan begitu, masyarakat akan bertanggungjawab ikut aktif memelihara dan mengamankan kawasan Taman Nasional dari berbagai gangguan.(skd)