YSTC bantu pemerintah penuhi kebutuhan anak saat darurat bencana

id YSTC,Save The Children,pemenuhan hak anak,hak partisipasi anak,darurat bencana,bencana sulteng

YSTC  bantu pemerintah penuhi kebutuhan anak saat darurat bencana

Wakil Ketua Dewan Pembina YSTC, Dewi Suharto. (ANTARA/HO-YSTC)

Palu (ANTARA) - Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC) atau Save The Children, membantu pemerintah untuk memenuhi kebutuhan anak dalam situasi normal maupun darurat bencana alam dan non-alam, salah satunya ialah hak anak berpartisipasi.

"Dalam peringatan hari kemanusiaan se-dunia, Save The Children terus berkomitmen mengupayakan pemenuhan hak anak baik dalam situasi normal maupun situasi darurat. Salah satunya adalah hak anak untuk bisa berpartisipasi. Kami ingin memberikan ruang dialog yang aman dan ramah bagi anak untuk bisa menyampaikan pandangan, pendapat, dan harapan mereka," ungkap Wakil Ketua Dewan Pembina YSTC, Dewi Suharto, dalam dialog virtual bertajuk "dengar suara anak yang tinggal di wilayah rawan bencana atau terdampak bencana pandemi COVID-19", Rabu.

Kata Dewi Suharto, lewat peringatan hari kemanusiaan se-dunia, semua pihak akan mendengar langsung dari anak-anak mengenai risiko tinggal di daerah rawan bencana, dan atau yang terdampak bencana alam, maupun perubahan iklim terutama selama situasi pandemi COVID-19.

"Dalam satu pekan terakhir saja, kita mendengar berbagai kejadian bencana alam yang terjadi di Indonesia, seperti erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara, hujan dengan intensitas tinggi yang memicu banjir di beberapa daerah, gempa bumi yang terjadi di Sumba Barat Daya, dan kebakaran hutan dan lahan di Jawa Timur. Dengan letak geografis dan situasi perubahan iklim saat ini, membuat hampir seluruh wilayah di Indonesia berisiko terhadap bencana alam," sebutnya.

Menurut BNPB, selama masa pandemi COVID-19 terhitung sejak April-Juni, tercatat 734 kejadian bencana alam. Jika dirata-ratakan, terdapat delapan kejadian bencana per hari selama tiga bulan. Jumlah populasi terpapar oleh berbagai ancaman bencana di Indonesia 33 persennya merupakan anak.

Survei Save the Children, kata Dewi, menunjukkan bahwa 1 dari 2 anak tidak mengetahui cara menyelamatkan diri jika terjadi bencana termasuk karakteristik penyebaran COVID-19.

"Data ini menunjukkan anak merupakan kelompok yang paling rentan saat terjadi bencana. Hal ini diperparah dengan fakta 90 persen bencana alam berhubungan dengan iklim. Perubahan iklim yang saat ini terjadi memperburuk dampak dari bencana tersebut," ujarnya.

Dewi Suharto mengemukakan kondisi ini membuat anak-anak sangat berisiko terinfeksi COVID-19 dan sudah ada yang kehilangan nyawa. Risiko lainnya yang dihadapi adalah kehilangan akses pada layanan kebutuhan dasar, kehilangan hak pendidikan, dan terancam mengalami kekerasan.

Meski anak merupakan salah satu kelompok rentan, namun YSTC percaya bahwa anak-anak sebagai generasi penerus bisa menyampaikan aspirasi maupun harapan mereka dalam situasi sulit ini.

"Dalam keterbatasan ruang gerak kita, tidak membatasi ruang aspirasi anak-anak untuk bersuara. Hari ini, bertepatan dengan peringatan hari kemanusiaan sedunia, dari rumah masing-masing, telah hadir anak-anak kita dari Provinsi Jambi, Jawa Barat, DKI Jakarta, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur yang akan menyampaikan aspirasi dan harapan mereka. Provinsi-provinsi tersebut kita kenal rawan bencana alam telah terdampak bencana dan mengalami perubahan iklim," kata dia.

"Proses partisipasi mereka hari ini perlu kita dengarkan secara bermakna, karena hak anak untuk berpartisipasi juga merupakan salah satu mandat dari Konvensi Hak Anak, yang telah di ratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 36 tahun 1990. Maka dari itu telah menjadi komitmen bagi kita untuk mewujudkan pemenuhan hak dan perlindungan seluruh anak Indonesia. Kehadiran dan tanggapan kita untuk mendengarkan suara mereka sangat penting untuk memastikan masa depan yang aman bagi anak," tambahnya.
Dialog virtual bertajuk "dengar suara anak yang tinggal di wilayah rawan bencana atau terdampak bencana pandemi COVID-19", diselenggarakan YSTC, Rabu. (ANTARA/HO-YSTC)