BI Sulteng siap bantu kampanyekan konsumsi pangan lokal

id BI

BI Sulteng  siap bantu kampanyekan konsumsi pangan lokal

Kepala BI Sulteng, Abdul Majid Ikram (kedua dari kiri) bersama Bupati Sigi Mohammad Irwan lapata saat penen bawang merah di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi beberapa waktu lalu. (Antara/Anas Masa)

Palu (ANTARA) - Kepala Kantor Perwakilan BI Sulteng Abdul Majid Ikram mengatakan siap untuk mengkampanyekan secara masif konsumsi pangan lokal, khususnya nonberas di daerah itu.

"Pada prinsipnya, kami siap memasyarakatkan gerakan konsumsi pangan lokal, asal pemerintah menjamin ketersediaan bahan baku secara berkesinambungan," katanya pada acara talk show Gerekan Diversifikasi Pangan Lokal yang digelar Kementerian Pertanian melalui Dinas Pangan Sulawesi Tengah di Palu, Rabu.

Ia mengatakan mendukung sepenuhnya gerakan diversifikasi pangan lokal di kabupaten dan kota di Sulteng sebagai upaya pemerintah untuk membiasakan masyarakat mengkonsumsi pangan lokal, terutama nonberas.

Namun,  pemerintah daerah juga harus menjaga ketersediaan pangan nonberas seperti talas,ubi kayu, ubi jalar, jagung,pisang dan lainnya.

"Jika pangan nonberas sudah menjadi makanan pokok masyarakat, stok harus selalu tersedia dalam jumlah yang memadai. Jangan sampai ketersediaannya kurang, maka hal itu dapat memicu harga di pasaran naik dan berdampak terhadap inflasi," ujar Abdul Majid.

Sebenarnya BI tidak punya kewenangan dalam kaitannya dengan pengembangan pertanian sampai dengan diversifikasi pangan lokal. Tapi karena ternyata ada kaitannya dengan pengendalian inflansi.

Beberapa komoditi pangan, kata dia, sering bergejolak, khusus di Sulteng adalah padi (beras), bawang dan lainnya.

BI katanya, selama ini telah bekerja sama baik langsung maupun tidak langsung beberapa kabupaten di Sulteng untuk pengembangan beberapa komoditi sampai pada pemasarannya.

"Inilah yang dilakukan BI terutama di Sigi, Banggai,Tojo Una-Una dan insyah Allah ke depan dengan Kabupaten Donggala," ujarnya.

Terkait dengan pangan lokal,  BI sudah mendorong untuk konsumsi pangan nonberas. Bukan hanya di Sulteng, tetapi seluruh wilayah di Tanah Air.

Menurut dia, yang perlu dikaji adalah bagaimana pangan lokal ini menjadi alternatif,bahkan menjadi komoditas primer. "Tetapi kita juga harus siap dengan kuantitasnya agar harga di pasaran stabil," ujarnya.

Misalnya, ubi mungkin untuk saat ini belum menjadi pangan utama, tetapi jika sudah menjadi pangan utama, dipastikan permintaan pasar meningkat dan jika tidak diberengi dengan ketersediaan harganya bisa naik.