40 Persen Penggunaan Internet Tidak Produktif

id internet, komputer

40 Persen Penggunaan Internet Tidak Produktif

Ilustrasi (ANTARA/M Syafii)

Banyak kalangan pemula pengguna internet yang tertipu dalam kasus cybercrime, misalnya SMS 'mama minta pulsa', penawaran barang dengan harga yang tidak wajar, hingga pembobolan keamanan sistem informasi suatu Bank," katanya.
Surabaya, (Antarasulteng.com) - Hasil penelitian mahasiswa Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya menyimpulkan 40 persen penggunaan internet untuk kepentingan yang tidak produktif dan mendorong budaya individual.

"Kampanye berinternet sehat yang kami lakukan di Taman Bungkul pada Minggu (22/6) itu merupakan bentuk kepedulian 30-an mahasiswa dari komunitas broadcast mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UINSA terhadap fenomena kecanduan internet," kata Humas Kampanye Internet Sehat UINSA, Azmi Fajri Ilmi, di Surabaya, Selasa.

Menurut dia, survei yang sudah dilakukan mahasiswa UINSA itu mencatat 40 persen dari pengguna internet menggunakannya untuk kepentingan yang tidak produktif, di antaranya akses konten yang berbau pornografi, membuat komentar di media sosial yang bersifat menghujat, status "alay", serta "game".

Bahkan, kata mahasiswa kelas 6F1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi itu, tindakan yang paling membahayakan adalah menggunakan internet untuk kepentingan penipuan (cybercrime).

"Banyak kalangan pemula pengguna internet yang tertipu dalam kasus cybercrime, misalnya SMS 'mama minta pulsa', penawaran barang dengan harga yang tidak wajar, hingga pembobolan keamanan sistem informasi suatu Bank," katanya.

Oleh karena itu, ia mengajak kepada para orang tua dan generasi muda (anak-anak dan remaja) untuk berhati-hati menggunakan internet. "Jangan saking semangatnya para orang tua justru membikinkan akun facebook untuk anaknya, padahal belum cukup secara usia," katanya.

Ia mengimbau kaum muda untuk menggunakan akses internet secukupnya dan seperlunya untuk kepentingan positif, misalnya menggali informasi, untuk membantu pembelajaran di sekolah dan seterusnya.

Senada dengan itu, dosen pembina matakuliah Cyber Culture UINSA, Yusuf Amrozi M.MT menyatakan data pengguna internet di Indonesia pada tahun 2010 saja sudah menembus angka 57 juta, dan angka ini terus meningkat.

"Jadi, aktivitas masyarakat dewasa ini sudah tidak lagi berkutat pada dunia nyata tetapi sudah merambah ke dunia maya," kata Wakil ketua ISNU Surabaya itu.

Menurut dia, problem utama perkembangan teknologi adalah kadang seseorang lebih asyik menggunakan gadget-nya ketimbang bertegur sapa dengan orang disekelilingnya.

"Konsekuensinya adalah terjadi anomali sosial berupa terciptanya pribadi yang eksklusive, cuek dengan sekitar dan menghabiskan waktunya untuk berinternet, apalagi masyarakat di Indonesia termasuk dalam kategori transisi menuju masyarakat siber," katanya.

Oleh karena itu, ia mendukung riset tentang masyarakat siber atau budaya siber yang dilakukan mahasiswanya, karena riset tentang budaya siber belum banyak, apalagi dibumbui dengan kampanye internet sehat.

"Sosialisasi dan edukasi tentang internet sehat atau penggunaan internet sehat sangat perlu untuk digalakkan. Internet sehat adalah suatu terminologi yang merujuk pada budaya berperilaku internet secara aman, meminimalkan dampak negatif dari internet serta menggunakan internet untuk kepentingan positif," katanya.

 Ia menambahkan kampanye internet sehat di Indonesia sudah diinisiasi oleh organisasi ICT Watch Indonesia dengan situs ictwatch.com serta akun twitter @internetsehat.