ASEAN perlu investasi 'smart farming' dukung ketahanan pangan

id Smart farming,teknologim,digitalisasi rantai pasok makanan

ASEAN perlu investasi 'smart farming' dukung ketahanan pangan

Tangkapan layar Direktur Pelaksana & Dekan, National Institute of Education, Adjunct Senior Fellow, Centre for non-Traditional Security Studies, RSIS, Universitas Teknologi Nanyang Singapura, Dr Paul Teng, berbicara alam diskusi virtual bertajuk ‘Memastikan Ketahanan dan Keberlanjutan Sektor Pangan dan Pertanian di ASEAN dalam konteks COVID-19’ yang diselenggarakan oleh Sekretariat ASEAN bersama Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA)’ pada Kamis (3/9/2020). (ANTARA/Aria Cindyara)

Kita (di ASEAN) perlu lebih banyak investasi, baik dari pemerintah maupun sektor swasta, untuk tanaman-tanaman turunan teknologi

Jakarta (ANTARA) - Negara-negara di kawasan Asia Tenggara memerlukan lebih banyak investasi bidang teknologi pertanian atau smart farming’ karena penggunaan teknologi dapat menjadi faktor pendukung dalam memastikan keamanan dan ketersediaan pangan.



Ahli ketahanan pangan dari Universitas Teknologi Nanyang Singapura, Dr Paul Teng, mengatakan dalam acara diskusi virtual yang diselenggarakan pada Kamis, revolusi pertanian pintar, dengan optimalisasi penggunaan teknologi, dapat memastikan ketersediaan pangan, terutama di negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).



“Kita (di ASEAN) perlu lebih banyak investasi, baik dari pemerintah maupun sektor swasta, untuk tanaman-tanaman turunan teknologi,” kata Paul dalam diskusi virtual bertajuk Memastikan Ketahanan dan Keberlanjutan Sektor Pangan dan Pertanian di ASEAN dalam konteks COVID-19 yang diselenggarakan oleh Sekretariat ASEAN bersama Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA).



Menurut dia, aplikasi teknologi di sektor pangan tidak hanya fokus pada organisme yang dimodifikasi secara genetik atau GMO.



“Teknologi di sektor pangan merupakan satu keranjang berisi berbagai peralatan yang dapat membantu kita menciptakan tanaman pangan yang dapat berdaptasi dengan bencana dan iklim,” terangnya.



Selain itu, teknologi juga dapat membantu penanaman bahan pangan dalam cara-cara baru, di luar penanaman konvensional yang biasanya membutuhkan hamparan tanah di area-area pedesaan.



“Contohnya seperti urban farming di kawasan laut, bahkan di atas atap, ini adalah modalitas-modalitas berkebun baru,” lanjut Paul.



Selain itu, investasi teknologi juga dapat dihubungkan dengan platform jual beli daring atau e-commerce yang telah banyak digunakan, terutama di tengah pandemi COVID-19, saat ruang gerak masyarakat menjadi begitu terbatas.



“Saya rasa COVID-19 telah memperlihatkan pentingnya e-commerce terutama saat kita tidak bisa pergi langsung ke supermarket atau bertemu dengan petani. Ini menunjukkan betapa pentingnya digitalisasi rantai pasokan,” ujarnya.