Lawe, usaha kerajinan berdayakan warga lokal

id usaha sosial kreatif,Lawe,Berdayakan warga lokal

Lawe, usaha kerajinan berdayakan warga lokal

Founder label Lawe asal Yogyakarta Adinindyah, dalam satu soal sosial kreatif, Rabu (16/9/2020). (ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)

Terkadang saat kita ingin maksimalkan profit, tapi di sisi lain kita juga harus efisien dalam bisnis. Sementara di saat yang sama, kita juga harus bisa menjawab tantangan dari para seniman tenun, melihat isu pemberdayaan perempuan yang sudah menjadi
Jakarta (ANTARA) - Founder label Lawe, Adinindyah, memiliki resep khusus bisa melestarikan kain tenun di Indonesia sekaligus memberdayakan perempuan warga sekitar dan mengatasi masalah pendanaan usahanya.

"Terkadang saat kita ingin maksimalkan profit, tapi di sisi lain kita juga harus efisien dalam bisnis. Sementara di saat yang sama, kita juga harus bisa menjawab tantangan dari para seniman tenun, melihat isu pemberdayaan perempuan yang sudah menjadi suatu nilai dalam Lawe," ujar dia dalam acara mengenai sosial kreatif via daring, Rabu.

Di Lawe yang berkantor pusat di Yogyakarta, tenunan tangan tradisional dikelola menjadi produk fungsional atau siap pakai. Bahan dasar didapatkan melalui kerja sama dengan para penenun secara langsung.

Selanjutnya, ide menciptakan produk tidak semata-mata berpihak pada kebutuhan pasar tetapi ide dari perajin yang sebagian besar ibu rumah tangga. Mereka akan membawa hasil produksi di rumahnya sendiri.

"Kami sangat terbuka bekerjasama dengan siapa pun dalam industri tenun, termasuk bagi kaum marjinal dan penyandang disabilitas. Selama mereka memiliki keterampilan yang kami butuhkan, mereka akan kami terima," kata Adinindyah.

Targetnya, memastikan bisa menyediakan kesejahteraan bagi para pekerja misalnya agar mereka mampu mempertahankan "dapur tetap mengebul" dan menyekolahkan anak.

Dari sisi dukungan finansial, Lawe memiliki pendanaan bertahap yang awalnya bersumber dari kantong pribadi, lalu keluarga, koperasi dan tahap berikutnya mereka mendapatkan pendanaan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) BUMN.

Lawe yang berdiri sejak tahun 2004 juga mendapatkan dukungan pendanaan dari bank berupa pinjaman dan saat ini berproses untuk memiliki kesepakatan dengan investor.

"Saat ini kami sedang berproses untuk memiliki kesepakatan dengan impact investor dan kami berharap bisa menyelesaikan tahap ini," tutur Adinindyah.

Dia mengatakan, bekerjasama dengan lembaga yang mempunyai program pelatihan juga bisa mendukung pertumbuhan bisnis skala kecil.

"Organisasi layanan bisnis yakni untuk sisi coaching dan mentoring, lalu bisnis penting memperoleh mentoring dan coaching. Lawe merupakan anggota dua BSO (Business Support Organization) yang keduanya mendukung pertumbuhan bisnis skala kecil. Kami berbagi pengetahuan dan pelatihan secara berkala," kata dia.

"Kami adakan pelatihan dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi sampai Pulau Timor, bangun kolaborasi dengan seniman tenun di area terpencil," imbuh Adinindyah.