Banyak Warga Watusampu Terjangkit Ispa Karena Pertambangan

id ispa

Banyak Warga Watusampu Terjangkit Ispa Karena Pertambangan

Ilustrasi (antaranews)

Ada dua hingga empat orang yang berobat setiap hari kerja di Puskesmas
Palu,  (antarasulteng.com) - Sebagian besar warga Kelurahan Watusampu, Kota Palu, Sulawesi Tengah, terjangkit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) karena aktivitas pertambangan galian C (pasir dan batu) di daerah tersebut.

Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Pembantu Watusampu Hamidah, Jumat, mengemukakan, setiap hari selalu ada warga yang berobat ke Puskesmas mengeluhkan gangguan pernafasan karena sering menghirup debu.

"Ada dua hingga empat orang yang berobat setiap hari kerja di Puskesmas," katanya.

Dia mengatakan, kasus ISPA di Kelurahan Watusampu mendominasi hingga sebanyak 50 persen dibandingkan penyakit lainnya.

Pada 2012, penderita ISPA di Kelurahan Watusampu sebanyak 556 kasus, sedangkan pada 2013 terdapat 689 kasus.

Pada tahun ini kasus ISPA diperkirakan meningkat karena sejumlah warga juga berobat ke Puskesmas yang berada di kelurahan tetangga.

Maraknya kasus ISPA tersebut seiring meningkatnya aktivitas pertambangan Galian C di perbukitan Watusampu. Hampir setiap hari terdapat pengerukan tanah untuk mengambil bebatuan. Puluhan kendaraan besar juga lalu-lalang di jalan tanpa aspal sehingga debu berterbangan.

Aktivitas tersebut menimbulkan banyak debu yang masuk ke rumah-rumah warga.

"Bahkan, setiap jam saya selalu menyapu lantai Puskesmas karena tebalnya debu," kata Hamidah.

Warga beberapa kali melakukan protes ke perusahaan pertambangan namun kurang mendapatkan respon berarti.

"Sesekali perusahaan menyiram jalanan yang berdebu, namun setelah itu tidak dilanjutkan lagi," katanya.

Saat ini ada tujuh perusahaan tambang Galian C yang tercatat secara resmi di Pemkot Palu. Perusahaan itu mengambil batu kemudian dipecah menjadi kerikil untuk selanjutnya dikirim ke Kalimantan menggunakan kapal tongkang.

Hamidah khawatir jika kondisi demikian berlarut maka penderita ISPA bisa terserang tuberculosis (TBC) yang dampaknya lebih berbahaya.

Sementara itu, aktivis Relawan Orang dan Alam Sulawesi Tengah, Giventh, berharapa ada kepedulian dari pemerintah atau perusahaan tambang. "Bisa saja perusahaan menyediakan masker kepada masyarakat untuk mengurangi debu yang terserap pernafasan. Pemerintah juga harus bertindak," katanya. (skd)