Militer Filipina pertahankan kesepakatan dengan pasukan AS

id filipina,AS,militer gabungan,VFA

Militer Filipina pertahankan kesepakatan dengan pasukan AS

Penasehat Keamanan Nasional Amerika Serikat Robert O'Brien dan Menteri Luar Negeri Filipina Teodore Locsin Jr. saling membenturkan siku setelah penyerahan artikel pertahanan, di Departemen Luar Negeri, Kota Pasay, Metro Manila, Filipina, Senin (23/11/2020). REUTERS/Eloisa Lopez/AWW/djo (REUTERS/ELOISA LOPEZ)

Kami, di Kementerian Pertahanan dan Pasukan Bersenjata, menginginkan VFA untuk berlanjut
Manila (ANTARA) - Aparat pertahanan Filipina ingin mempertahankan Perjanjian Pasukan Tamu (VFA) dengan Amerika Serikat, menurut Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana pada Kamis, seiring dengan digelarnya pertemuan para pejabat untuk membahas perbedaan pandangan atas hal ini.

"Kami, di Kementerian Pertahanan dan Pasukan Bersenjata, menginginkan VFA untuk berlanjut," kata Lorenzana kepada kanal berita ANC.

Rapat hari ini antara pejabat Filipina dan AS di Manila digelar setelah Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang secara terbuka tidak setuju dengan aliansi AS, pada tahun lalu membatalkan sepihak VFA yang telah berjalan dua dekade--sebagai respons penolakan visa.

Bagaimanapun, periode penarikannya telah diperpanjang dua kali untuk memberi kesempatan bagi apa yang disebut pihak Filipina sebagai gerbang untuk menyepakati perjanjian yang lebih baik.

Pertemuan tersebut merupakan yang pertama dilakukan di bawah pemerintahan Presiden AS Joe Biden, yang telah menekankan aliansi dengan Filipina di tengah tekanan dari China yang terus meningkat atas Laut China Selatan.

Lorenzana menyebut VFA, yang mengizinkan tentara AS beroperasi di Filipina, menjadi vital dalam peningkatan kapabilitas pasukan Filipina yang kekurangan sumber daya, melalui puluhan kali latihan gabungan tahunan.

Pentingnya hal tersebut juga ditekankan oleh Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, dalam percakapan telepon dengan Lorenzana pada Rabu (10/2).

Relasi antara AS dan Filipina dibuat rumit oleh Duterte yang memimpin sejak 2016 dengan sejumlah pernyataannya yang seringkali mengutuk kebijakan luar negeri AS serta lebih merangkul China.

Namun, sementara hubungan Filipina dan AS "selalu sangat kuat", Lorenzana menyebut bahwa Filipina "tidak harus memilih" antara Washington atau Beijing.

Lorenzana juga menyampaikan perhatiannya mengenai regulasi baru China yang mengizinkan pasukan penjagaan pesisir untuk menembak apa saja yang dilihat sebagai ancaman.

"Saya berbicara kepada Menteri Austin bahwa kami tidak ingin ada miskalkulasi ataupun kecelakaan di Laut China Selatan karena kami benar-benar berada di pusat konflik," kata Lorenzana.

Sumber: Reuters