Menengok pengembangan wisata cagar biosfer Lore Lindu

id cagar,tnll, danau tambing

Menengok pengembangan wisata cagar biosfer Lore Lindu

Danau Tambing, salah satu destinasi yang ada di cagar biosfer Lore Lindu (Foto Antara/Anas Masa)

Poso,Sulteng (ANTARA) - Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) sebagai salah satu cagar biofer dunia yang ditetapkan oleh Unesco pada 1977, terletak di dua wilayah administratif yakni sebagian di Kabupaten Poso dan sebagian di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Di kawasan ini terdapat destinasi wisata menarik dan unik, namun hanya beberapa saja yang dikelolah dan selama ini cukup banyak dikunjungi para wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Dari sejumlah destinasi yang ada dan telah dikembangkan adalah ekowisata Danau Tambing di Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso.

Danau Tambing cukup unik, berada di atas ketinggian 1.700 meter dari permukaan laut (mdpl) dengan suhu udara dingin terutama di malam hari.

Destinasi wisata itu dikelolah oleh Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL).

Dari Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah, destinasi tersebut dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat selama tiga jam.

Jalan menuju objek wisata Danau Tambing terbilang sudah memadai karena sudah beraspal.

Dalam beberapa tahun terakhir, BBTNLL banyak melakukan pembenahan dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan.

Pembenahan dilakukan setiap tahunnya sebagai upaya  untuk menarik lebih banyak wisatawan berkunjung.

Sejumlah sarana dan fasilitas yang dibutuhkan pengunjung dibangun di lokasi objek wisata seperti menyiapkan MCK dalam jumlah memadai, meningkatkan kualitas jalan masuk, membuat areal berkemping, kebun anggrek dan pengamatan satwa, khususnya burung.

Berikutnya, penerangan listrik, air bersih, sarana ibadah (masjid), fasilitas untuk tempat pertemuan dan memasang tower untuk sarana komunikasi.

Dikunjungi 1.500 orang

Koordinator Destinasi Wisata Danau Tambing, Asdin mengatakan dalam kondisi normal sebelum pandemi COVID-19, rata-rata pengunjung yang hadir sampai 1.500 orang setiap hari libur.

Jumlah itu sudah termasuk wisatawan mancanegara baik mereka yang masih berstatus mahasiswa maupun para pengamat dan peneliti satwa.

Berdasarkan data, kata dia, ada sekitar 270 jenis burung dan 30 persen diantaranya satwa endemik yang hidup dan berkembangbiak di kawasan hutan dan alam sekitar Danau Tambing.

"Ini yang paling banyak menarik wisatawan mancanegera," kata Asdin.

Selain itu, ada beberapa kegiatan bisa dilakukan para pengunjung seperti outbond, traking, memancing, berkemah, mendaki gunung dan menikmati sejuknya udara  di pagi hari, sambil mendengarkan suara berbagai jenis burung yang sesekali terbang dari satu pohon ke pohon lainya di dalam kawasan obyek wisata tersebut.

Asdin juga mengatakan selama masa pandemi COVID-19, pihaknya banya melakukan pembenahan baik di dalam maupun di sekitar objek wisata.

Pembenahan dilakukan untuk menghadapi kunjungan wisatawan saat pandemi COVID-19 sudah dapat diatasi.

Selama pandemi, kata dia, pihaknya terpaksa menutup sementara dan sampai sekarang ini belum dibuka.

"Kalaupun dibuka nanti, pengunjung tidak akan bebas masuk, tetapi dibatasi jumlahnya dan harus mematuhi protokol kesehatan COVID-19," katanya.

Semua sarana dan fasilitas dibutuhkan untuk protokol kesehatan sudah disiapkan termasuk menyediakan masker sehingga pengunjung yang datang dan tidak membawa masker bisa mendapatkannya di lokasi wisata.

Dia juga menambahkan beberapa hari lalu, Gubernur Sulteng Longki Djanggola sempat mampir dan beristirahat sejenak di Danau Tambing, sebelum melanjutkan perjalanan menuju Napu, Kabupaten Poso.

Pada hari yang sama pula calon wakil bupati Poso terpilih pada pilkada 2020, M Yasin Mangun juga sempat berkunjung beberapa jam sambil menikmati panorama indah Danau Tambing.

"Baik pak gubernur maupun calon wakil bupati Poso berharap destinasi Danau Tambing ke depan bisa menjadi sumber penghasilan devisa negara dan juga meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitarnya," kata Asdin.
Pengunjung menikmati panorama Telaga Tambing dengan kabutnya di pagi hari di Desa Sedoa, Lore Utara, Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (10/1). Kawasan yang berada di atas 1.700 mdpl dan dikelola Balai Taman Nasional Lore Lindu (BTNLL) itu dikembangkan sebagai kawasan eko wisata berkonsep lestari dengan azas pemanfaatan kawasan hutan yang ramai dikunjungi wisatawan baik asing maupun lokal pada setiap hari libur. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki/pd/16 (ANTARA FOTO/BASRI MARZUKI))


Libatkan masyarakat lokal

Kepala Balai Besar TNLL, Jusman mengatakan dalam pengelolaan danau itu pihaknya juga ikut melibatkan masyarakat lokal.

Ada beberapa warga Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso yang direkrut menjadi tenaga kerja membantu personil BBTNLL yang ditempatkan di lokasi Danau Tambing.

Pihaknya juga terus mendorong masyarakat setempat untuk memanfaatkan peluang bisnis dengan menyiapkan produk-produk tradisional sebagai salah satu sumber peningkatan ekonomi masyarakat.

Wisatawan yang berkunjung jika membutuhkan sesuatu, tentu akan mencarinya ke tempat atau desa yang dekat. 

"Makanya masyarakat harus pintar dan cerdas membaca setiap peluang bisnis yang ada," kata dia.

Menurut dia, yang paling banyak dicari adalah kuliner dan produk lainnya.

Jusman mengatakan hingga saar ini masyarakat belum diizinkan menjual produk-produk usaha mereka di sekitar destinasi wisata.

Hal itu, kata Jusman karena berbagai pertimbangan mendasar.

"Tapi suatu saat mungkin bisa saja hal itu terjadi," ujarnya.

Selama objek wisata itu dikelolah, masyarakat lokal sangat mendukungnya.

Terbukti, masyarakat setempat tetap menjaga kawasan hutan dan alam yang ada di sekitarnya dengan tidak menebang pohon atau memburu satwa-satwa dalam kawasan, sebab itu menjadi daya tarik bagi wisatawan saat berkunjung ke Danau Tambing.

Guna meningkatkan kesejahteraan dan juga menjaga kelestarian hutan dan satwa yang ada di seluruh kawasan TNLL dan cagar biosfer Lore Lindu, BTNLL telah menjalin kemitraan dengan desa-desa di sekitar kawasan konservasi baik di Kabupaten Poso maupun Sigi.

Ia mengatakan ada sekitar 76 desa yang berdekatan dengan kawasan.

Sampai saat ini, lanjutnya, ada sekitar 56 desa yang sudah menjadi mitra BTNLL.

Desa-desa itu sebagian di Kabupaten Poso, termasuk di dalamnya Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara, dimana objek wisata Danau Tambing terletak di wilayah itu dan sebagian lagi di Kabupaten Sigi.

Bentuk dari kemitraan itu sendiri, BBTNLL bersepakat bersama dengan  masyarakat untuk pemberdaya ekonomi dan juga ikut menjaga dan melestarikan kawasan yang ada.

Salah satu bentuk kerja sama adalah, pihak BBTNLL memberikan bantuan baik dalam bentuk dana maupun langsung berupa barang/bahan seperti benih berbagai komoditas pertanian dan perkebunan serta kehutanan.

Program tersebut sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir ini dan manfaatnya cukup besar baik dirasakan oleh BBTNLL selaku pengelolah kawasan maupun masyarakat.

Bahkan, beberapa kali, pihaknya mengikutsertakan untuk studi banding ke sejumlah daerah agar mereka bisa belajar dari masyarakat sekitar kawasan di daerah tersebut.

Itu merupakan bagian dari kepedulian pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam memberdayakan dan meningkatkan ekonomi masyarakat.

Jika hal ini berhasil tentu akan berdampak positif terhadap kelestarian hutan dan alam. Sehingga  hutan akan kembali berfungsi dengan baik sebagaimana yang diharapkan pemerintah.

Gandeng Telkomsel

BTNLL telah menjalin kerja sama dengan PT Telkomsel untuk penyediaan layanan komunikasi di areal destinasi wisata Danau Tambing.

Beberapa waktu lalu, pihak Telkomsel telah membangun tower untuk layanan telekomunikasi di sekitar objek wisata. 

"Jaraknya tower dari lokasi wisata sekitar satu kolometer," kata dia.

Pembangunan tower sudah rampung, bahkan telah beroperasi tiga hari yang lalu. 

"Saya pada hari Sabtu 13 Februari 2021 berkunjung ke Danau Tambing dan ternyata sudah ada signal telepon di sana yang tadinya tidak ada sama sekali," kata dia.

Dulu jika mau menelpon, harus pergi ke Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara. 

"Tapi sekarang kita sudah bisa nelpon, kirim sms dan whastspp dari lokasi," ujarnya.

Dengan adanya layanan komunikasi tersebut, maka pihak BBTNLL rencana akan memasang CCTV di beberapa titik untuk kepentingan mendasar.

"Yang paling penting lagi, wisatawan sudah bisa berkomunikasi langsung dari lokasi wisata," kata Jusman.

Dengan terpenuhinya beberapa sarana dan fasilitas yang dibutuhkan itu, niscaya Danau Tambing ke depan akan semakin diminati para wisatawan dan diharapkan juga memberikan kontribusi besar bagi perolehan devisa negara, pendapatan daerah dan perekonomian masyarakat tambah meningkat.

Sejarah TNLL

TNLL adalah salah satu kawasan konservasi di Sulteng yang ditetapkan melalui keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No 464/Kpts-II/1999 dengan luas kawasan 217 991 18 hektar, data yang dibuat 23 Juni 1999.

TNLL pun menjadi kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli. Dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, budidaya, rekreasi dan wisata alam.

Kawasan ini memiliki potensi yang sangat besar dan mencakup potensi flora, fauna endemik, serta situs megalitikum yang merupakan salah satu warisan dunia.

Diperkirakan terdapat 266 jenis Flora, beberapa diantaranya endemik dan sebagai hewan baru, dan lebih dari 200 jenis fauna beberapa diantaranya bersifat endemik ditemukan di kawasan TNLL seperti anoa, babi rusa, kera hitam, tarsius, maleo, dan rangkong Sulawesi. 

Tidak hanya itu ada juga 21 jenis cicak besar, 68 jenis ular 21 jenis ampibi dan enam jenis ikan dan ribuan jenis serangga termasuk kupu-kupu, sehingga kawasan ini juga dikenal sebagai kawasan Megabiodiversity.
 

Pintu masuk menuju lokasi obyek wisata Danau Tambing. (Foto Antara/Anas Masa)