Penanganan Balaesang Tanjung Diduga Gunakan Peluru Tajam

id Balaesang, peluru tajam

Penanganan Balaesang Tanjung Diduga Gunakan Peluru Tajam

Masdudin alias Sando, korban tertembak polisi dalam bentrokan di Balaesang Tanjung saat tiba di RSU Bhayangkara Palu, Kamis (19/7) dan akhirnya meninggal dunia beberapa jam kemudian. (ANTARA/Patar)

Kalau melihat luka korban itu tidak mungkin peluru karet. Polri harus segera mengusut kasus ini," kata Wakil Ketua Komnas HAM Ridha Saleh di Palu", Jumat.
Palu - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI menduga penanganan kejadian di Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, yang menewaskan seorang warga bernama Masdudin diduga menggunakan peluru tajam.

"Kalau melihat luka korban itu tidak mungkin peluru karet. Polri harus segera mengusut kasus ini," kata Wakil Ketua Komnas HAM Ridha Saleh di Palu", Jumat.

Ridha Saleh setelah tiba di Palu, Kamis sore langsung menjenguk korban di rumah sakit Bhayangkara Polda Sulawesi Tengah.

Dia dan Ketua Komnas HAM Perwakilan Sulawesi Tengah Dedy Askari belum diizinkan langsung melihat kondisi korban, sehingga diajak oleh Kabid Dokkes Polda Sulawesi Tengah AKBP AKBP Aris Budianto ke ruang kepala rumah sakit setempat.

Ridha Saleh meminta maaf kepada wartawan untuk keluar sejenak dari ruangan tersebut karena ia sudah menduga ada sesuatu yang hendak disampaikan Aris Budianto.

"Berdasarkan keterangan itu dan saya juga melihat proses pemandian jenazah maka saya menduga korban tertembak dari belakang tembus pada bagian perut," kata Ridha Saleh.

Menurut dia, dirinya juga sudah menghimpun informasi dari sejumlah keluarga tentang latar belakang korban.

Ridha mengatakan, korban tewas bernama Masdudin alias Sando selama ini tidak pernah berurusan dengan rencana aktivitas pertambangan di Balaesang Tanjung tersebut. Namun Masdudin juga terkena tembakan aparat kepolisian.

Dia mengatakan, untuk memastikan bagaimana posisi korban saat peristiwa terjadi, Komnas HAM akan melakukan investigasi lapangan.

"Kami juga akan melihat protap penembakan itu. Dugaan kami ada pelanggaran protap," katanya.

Ridha yang juga mantan aktivis mahasiswa Universitas Tadulako Palu itu mengatakan, langkah awal yang harus dilakukan di Balaesang Tanjung adalah membangun rekonsiliasi antar warga pro dan kontra terhadap rencana pertambangan di daerah itu.

Selain itu kata Ridha, masyarakat yang saat ini melarikan ke gunung karena menghindari pencarian polisi, harus dievakuasi kembali ke desanya masing-masing. Polri harus memberikan perlindungan dan pengamanan terhadap masyarakat.

"Apalagi informasi yang kami peroleh masih ada korban luka yang lari ke gunung," katanya.

Menurut rencana, Jumat pagi Komnas HAM akan turun ke Balaesang Tanjung, sekitar 100 kilomater arah utara Kota Palu, bersama dengan jenazah Masdudin.

"Kami berharap pemakaman besok berlangsung aman," katanya. (A055)