100 Pembangkang Korea Utara 'Pulang Kampung'

id Pembelot Korut Korsel Pulang

100 Pembangkang Korea Utara 'Pulang Kampung'

Illustrasi: Bendera Korsel dan Korut (ANTARANews)

Korea Utara baru-baru ini telah meluncurkan kampanye guna memikat mereka kembali dengan janji kehidupan enak dan penghapusan hukuman."
Seoul - Lebih dari 100 warga Korea Utara yang melarikan diri ke Korea Selatan telah kembali tahun ini seiring dengan upaya Pyongyang membujuk mereka pulang, yang merupakan bagian dari kampanye melawan Seoul.

Menurut sebuah laporan media, Senin, sejak berakhirnya perang tahun 1950-1953, sekitar 23.500 warga Korea Utara telah tiba di Korea Selatan - pada umumnya melalui China - setelah melarikan diri dari bencana kelaparan atau represi di tanah air komunis mereka.

Tetapi Korea Utara baru-baru ini telah meluncurkan kampanye guna memikat mereka kembali dengan janji kehidupan enak dan penghapusan hukuman, menurut surat kabar Dong-A Ilbo.

Harian itu mengutip Park Sun-Young, mantan anggota parlemen konservatif dan pengacara para pengungsi.

"Bahkan seorang perempuan yang menyeberang pada 1994 dan menikah dengan pria  Korea Selatan telah kembali pulang," kata Park.

Lebih dari 100 orang telah kembali ke bekas tanah air mereka tahun ini, menurut Dong-A mengutip Park. Ia mengatakan bahwa kepada mereka yang kembali ditawarkan rumah dan pekerjaan baru di ibukota Pyongyang.

Namun Park tidak dapat diminta komentarnya terkait hal itu.

Kementerian Persatuan Korea Selatan yang menangani urusan-urusan lintas batas, mengatakan bahwa jumlah yang kembali "sangat kecil" dan kurang dari 100 orang. Namun tidak memberikan elaborasi lebih lanjut.

Isu itu menjadi perhatian pekan lalu setelah seseorang yang kembali mengaku bahwa para agen di Seoul menjanjikan hadiah besar jika dia kembali ke negara asalnya dan meledakkan patung mantan pemimpin Kim Il Sung.

Solidaritas Intelektual Korae Utara, sebuah kelompok yang dikelola para pembelot dan berkantor di Seoul, pekan lalu mengatakan bahwa pihak berwenang Pyongyang baru-baru ini telah menghubungi keluarga-keluarga orang yang melarikan diri.

Disebutkan bahwa pihak berwenang menjanjikan "pengampunan" jika para buronan pulang.

Keluarga para pembelot itu terkadang harus bertanggung jawab memperoleh hukuman berat di masa lalu, bahkan jika mereka tidak menyadari rencana pelarian diri itu.

Para pengungsi penerima bantuan keuangan dari Pemerintah Seoul dan pemukiman namun terkadang harus berjuang keras untuk memperoleh pekerjaan di Korea Selatan. Beberapa di antaranya mengeluhkan diskriminasi.

"Jauh lebih keras daripada sekarat untuk mendapatkan pekerjaan di Korea Selatan. Orang seperti saya selalu...hidup dalam ketakutan dan kecemasan sementara bertahan dengan menjalani pekerjaan kotor," kata Kantor Berita Korea Utara mengutip pernyataan Jon. (Ant/AFP)